“Uncle?” Suara kecil itu memecah lamunan panjang yang menggantung di d**a Nagara. Tatapan polos Khairel membuatnya seperti ditarik paksa kembali ke masa lalu, masa di mana ia begitu mudah mempermainkan kasih seorang perempuan muda yang hanya ingin dicintai. Ia masih bisa mengingat mata Antika saat itu begitu lembut, begitu tulus, tapi juga begitu rapuh ketika ia mencampakkannya hanya karena egonya sendiri. Ia dulu mengira semua bisa diselesaikan dengan waktu, tapi ternyata luka itu tetap berdenyut di bawah kulitnya. Sekarang, ketika melihat darah dagingnya berdiri di hadapannya dengan kebersihan hati yang tak ternoda, Nagara merasa seperti pria paling berdosa di dunia. Namun bagaimana ia bisa jujur? Bagaimana mungkin ia mengatakan bahwa ia adalah ayah dari anak yang ibunya dulu ia hancu

