Mereka kembali ke hotel yang berjarak hanya dua menit berjalan kaki dari gedung pameran, sebuah suite eksekutif dua kamar tidur, lengkap dengan ruang duduk luas, balkon melingkar, dan jacuzzi pribadi yang menghadap kubah gereja tua serta atap-atap kota Roma yang bermandikan cahaya malam. Di kamar sebelah, Khairel sudah terlelap. Tirai tipis bergerak pelan, memantulkan cahaya lampu taman dari luar. Nagara duduk di tepi ranjang, menatap wajah putranya yang memeluk boneka singa kecil. Ia membungkuk, mengecup dahi anak itu, lalu berbisik nyaris tak terdengar “Doakan Papa, Khai… semoga jawaban Mama kamu itu ‘iya’. Papa mohon bantuan kamu malam ini.” Sejenak ia memejamkan mata, tarikan napasnya panjang, seperti seseorang yang tengah menahan badai di dadanya. Lalu ia berdiri, merapikan selimut

