Kalah dan Menerima

2072 Words

Pagi di Ankara berawal dari langit kelabu yang diselimuti kabut tipis, suhu di luar mencapai titik beku. Asap tipis mengepul dari cerobong rumah-rumah sekitar, dan aroma kopi pekat menyebar dari dapur kecil tempat Selma sedang memasak sarapan. Antika duduk di sofa ruang tengah, memeluk lutut, mengenakan sweater wol yang kebesaran. Wajahnya lelah, tapi mata itu tetap menatap jendela yang buram oleh embun. Sudah hampir pukul delapan pagi, dan Nagara belum juga pulang. “Dia bilang hanya akan ke pesta amal… sudah hampir sepuluh jam,” gumamnya lirih. Ia menggigit bibir bawah, mencoba menenangkan diri tapi gagal. “Apa pembicaraannya gagal?” Selma muncul dari dapur sambil membawa cangkir teh hangat. “Nona, minum dulu. Cuaca hari ini benar-benar dingin, salju bahkan tak berhenti semalaman.” “T

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD