Zoya berdiri di ambang keputusasaan, luka-luka di hatinya masih terasa membara. Rasa sakit yang diberikan Matthias hanya menambahkan lapisan baru pada luka-luka yang sudah ada. Sejak lama, dia telah berteman dengan rasa sakit, dan kini dia merasa telah mati rasa terhadap segala yang terjadi di hidupnya.
Pengkhianatan Ayahnya yang telah menyembunyikan masa lalu masih terasa seperti luka yang belum sembuh. Dan kini, dia harus kehilangan pria yang telah menjadi sumber ketenangan jiwa dalam hidupnya. Zoya memejamkan matanya, membiarkan kenangan tentang pria itu membanjiri pikirannya.
Vicenzo.
Tak pernah terbesit keinginan menarik Enzo kembali ke dalam kehidupan rumit yang telah dijalani, dan dia menerima bahwa apa yang terjadi antara dirinya dan Matthias adalah konsekuensi atas kesalahannya
