“Idih, amit-amit.” Nawa bergidik. Brama hanya terkikik. Keduanya lalu membagikan amplop pada anak yatim piatu tersebut. Setelah Brama dan Nawa memberi uang saku, anak-anak membubarkan diri. Tinggallah Nawa dan Brama yang masih duduk berhadapan, menghabiskan nasi kotak di depannya masing-masing. “Nawa, bilang ke pihak keuangan. Mulai bulan depan, anggarkan dana untuk sedekah. Entah itu ke panti asuhan, panti jompo, menyumbang pembangunan sekolah, masjid, atau langsung terjun ke fakir miskin,” titah Brama setelah keduanya selesai makan. “Udah ada, sih, Sir anggaran untuk itu. Kalau ada bencana alam, perusahaan cepat tanggap membantu.” “Itu beda lagi. Yang ini katakanlah buat zakat perusahaan, membersihkan perusahaan tiap sebulan sekali.” “Oke siap.” “Nggak sia-sia saya ngkuti kamu ke