“Saya nggak minta banyak hal. Cukup satu sebagai persyaratan meminang Nawa. Nak Brama harus bisa menjadi imam salat dan doa. Bersedia?” tanya Heru. Brama meneguk ludah dengan susah payah. Jika calon mertuanya ini meminta rumah, perhiasan, uang, mobil, jet pribadi, ataupun pulau pribadi, bisa dengan mudah diberikannya. Tapi ini menjadi imam tahlil? Satu hal sepele, tetapi cukup sulit dikabulkan olehnya yang tidak terlalu paham agama. “Pak, ada hal yang disembunyikan Sir Brama. Sebenarnya orang tuanya–“ “Orang tua saya kenapa? Nawa, kamu yang harusnya tahu kalau orang yang bersama saya selama ini adalah orang tua angkat. Ya. Begitulah keadaannya.” Brama memotong ucapan Nawa. Lagi-lagi ia berbohong demi melancarkan aksinya. “What! Serius? Sir, jangan bohong!” Brama mengangguk. “Untuk apa