Brama dan Nawa sama-sama diam, lalu saling pandang. Pikiran keduanya sama. Sekarang mereka tahu tersangka utama yang secara tidak langsung menjadi perantara garis takdir yang menghubungkan keduanya untuk bersatu. Sebenarnya Brama sudah tahu Nawa dalam pengaruh obat lak*at tersebut. Hanya saja, ia memang tidak berniat memberi tahu dan baru tahu pelakunya sekarang. Sementara Nawa seorang gadis lugu yang tidak terlalu paham hal semacam itu. “Obat perang*sang?” Nawa kembali memastikan. “Ya. Tapi saat itu aku dipaksa ikut pergi ke klub sama teman lain dan nggak bisa berbuat buruk sama kamu. Besoknya, justru katanya kamu sakit karena jatuh pingsan di kamar mandi. Apa saat itu kamu merasakan sesuatu?” “Kenapa Mas Frengki begitu tega sama aku?” Air mata Nawa lolos tanpa permisi. “Dari dulu kam