“Anak-anak, ayo sini duduk yang baik.” Kaia duduk di sofa sambil memanggil tiga balita yang kini heboh mencolek-colek pipi gembul Aluna. Bayi berusia tiga hari itu hanya mengerjap-ngerjapkan mata dan menggeliat pelan. Mata bulatnya bergerak mengamati wajah-wajah yang berada di dekatnya. Di usia semuda itu, penglihatan Aluna belum terlalu baik. Masih samar dan kesulitan mengenali warna, tapi ia bisa nyaman berada di dekat seseorang dari aroma tubuhnya. Karena itu, Aluna menggeliat mencari aroma tubuh Ella yang tersamarkan karena aroma tubuh tiga balita yang mengerubunginya. Namun sikapnya itu justru membuat Natalie berseru semakin heboh. “Adeknya lucu cari nenen. Tante nenenin adek bayinya itu kasihan.” “Makanya kalian ke sini, anak-anak. Biar adek bayi nen dulu.” Kaia kembali memanggil