1. MASIH TENTANG DIA

1357 Words
Ibu kota pagi ini... Masih bergelung dengan selimut tebal. Pelan-pelan mata bulat itu mengerjap menyesuaikan cahaya yang masuk ke retina nya. Dengan langkah gontai dia turun dari ranjang besarnya menuju ke jendela kamar yang sudah nampak buram terkena siraman hujan pagi ini. Velov menoleh kearah kiri dimana terletak kalender dengan ukuran dua jengkal tangan memperlihatkan angka yang menunjukan sekarang adalah hari dimana 'mimpi buruk' itu terjadi tepat lima tahun lalu. Masih dengan pikiran yang berkecamuk ia hembuskan nafasnya kuat-kuat untuk meredakan sesak yang tiba-tiba datang dikala mengingat kejadian dulu, kejadian dimana harus kehilangan orang-orang yang dia sayang. Velov langkahkan kakinya menuju kamar mandi, setelah pintu tertutup ia lucuti baju tidur yang menempel di tubuhnya, dibawah pancuran shower ia tumpahkan segala beban yang sampai saat ini masih selalu menyesakan dadanya. Setelah puas menumpahkan segala amarahnya selama kurang lebih satu jam, Velov lantas bergegas menyudahi acara mandinya, lagi pula gadis itu sudah mulai menggigil kedinginan. Ia masih waras untuk tidak terus-terusan menyiksa dirinya. Berganti baju kemudian memoles sedikit make up tipis di wajah cantiknya supaya tidak terlalu terlihat pucat dan sembab akibat kebanyakan menangis di bawah shower. Kini langkah kaki jenjangnya memasuki area pemakaman. Dengan seikat bunga mawar putih ditangannya, dan kacamata hitam bertengger di hidungnya yang bangir. Diatas sebuah pusara yang sudah rutin ia kunjungi selama lima tahun belakangan ini. "apa kabar mas? apa masih marah padaku sampai saat ini?" cicitnya dengan senyum dan bulir-bulir air mata yang melewati bingkai kacamatanya. Dengan pelan ia duduk di samping pusara itu sambil mengusap sayang batu nisan yang bertuliskan nama seseorang yang amat dia cintai tapi seseorang itu mungkin sangat membencinya, begitulah kira-kira yang ia percaya selama ini. "aku kesini masih dengan luka yang sama mas, dengan permohonan maaf yang masih sama besarnya juga dari lima tahun lalu. Mungkin kamu sudah bahagia disana walaupun pergi dengan membawa kemarahan yang besar terhadapku, tapi kamu tau gak mas?? aku disini masih belum bisa bahagia tanpa kamu, aku disini masih dengan cinta yang begitu besar dan aku masih berharap kepergianmu hanyalah mimpi" Velov membuka kacamatanya dan mengusap kasar air mata yang sudah menganak sungai di pipinya. Dua jam sudah Velov duduk di sebelah pusara itu sambil mencurahkan segala apa yang dia rasakan, Velov bangkit berdiri dan hampir saja terjatuh lagi, yaah siapa yang tidak kesemutan duduk berdiam selama dua jam penuh. Dengan sentakan kasar nafasnya ia berjalan menuju mobilnya yang terparkir diluar area pemakaman. Meski hatinya kian mendung, ia tetap mengarahkan mobilnya mengarah ke arah cafe nya berada, walau sebenarnya Velov juga punya orang kepercayaan untuk mengurus semua usaha nya yang sudah memiliki puluhan cabang ini, Velov butuh kesibukan yang bisa mengalihkan pikirannya dari laki-laki yang baru saja di kunjunginya. Khusus untuk cafe pusat ini dia sendiri yang menanganinya, karena disinilah kenangan-kenangan dengan lelaki itu tercipta, tempat yang bisa jadi obat rindu dikala Velov merasa kesepian di dunia yang menurutnya tidak berpihak padanya. Setelah 30 menit perjalanan Velov memarkirkan porsche mewahnya di parkiran khusus miliknya di depan sebuah bangunan besar dengan tiga lantai itu. Terdapat papan nama besar 'DELOVE CAFE', dia tersenyum manis dikala matanya menangkap papan nama besar itu. Itu adalah nama cafe miliknya yang masih dan akan selalu tersemat nama laki-laki itu, tentu disandingkan dengan namanya 'DEMIAN VELOVE' Melangkahkan kakinya menuju lantai dua dimana kantornya berada, dengan sedikit langkah tergesa ia menyapa para pegawainya sekilas. Setelah beberapa jam berkutat dengan laptopnya, ia renggangkan ototnya yang terasa kaku kemudian ia matikan laptop dan segera berdiri menyambar kunci mobil beserta tasnya. Hari ini Velov ada janji makan siang bersama sahabat-sahabatnya. Memasuki restaurant terkenal di kota ini, Velov langsung diarahkan oleh pegawai menuju lantai atas dimana ruang VIP berada. Tidak memerlukan waktu lama untuk dia menemukan letak ruang dimana sahabatnya menunggu, ketika dia ingin membuka pintu terdengar suara dari balik punggungnya. "Oh apakah pelacur satu ini sedang bertemu dengan pelanggannya di restaurant ini??" tanya suara itu dengan nada mengejek. Tidak perlu melihat Velov tau siapa yang sekarang sedang mencari gara-gara dengannya, ya dia adalah Syena adik dari laki-laki yang tadi pagi di temuinya. DEMIAN. Sambil membalikan tubuhnya ia sunggingkan senyum manis yang sengaja di buat-buat "haii mantan calon adik ipar yang manis, apa mau gue kenalin sama pelanggan di dalam? lumayan kan bisa makan enak gratis, secara tunangan gue udah gak bisa ngasih lo uang jajan lagi" Syena benar-benar dibuat syok dengan mulut pedas wanita di depannya ini, sebelum Syena sadar dari keterkejutannya , pintu kayu di depannya sudah tertutup dengan keras seiring hilanganya tubuh ramping Velov di baliknya. Detik berikutnya Syena mengepalkan tangannya sampai buku-buku jarinya memutih "sialan!! sudah punya taring sekarang berani melawan.Tunggu saja pembalasanku." geram Syena sambil berlalu masuk ke dalam ruangan yang ada di depan ruang Velov. "ck..kenapa tuh muka asem banget sih, gak ikhlas banget deh dimintain traktiran makan siang di tempat mahal" suara Cindy terdengar menggoda ketika melihat Velov masuk kedalam ruangan sambil membanting pintu dengan keras, dilihatnya wajah sahabatnya itu yang sudah tertekuk kusut. "udah deh gak usah banyak ngemeng, barusan tuh gue ketemu sama hantu ondel-ondel didepan, bikin mood gue ancur aja. Dipeluk kek temennya ini gak malah diledekin mulu" sahut Velov sambil melangkah memeluk Cindy sekilas kemudian beralih ke laki-laki di sebelah kirinya. DESTA. "ah elah, siapa sih yang bikin lo kesel gini? bukannya akhir-akhir ini hidup lo terlalu damai ya, sampai-sampai gak pernah mau kalo diajakin nongkrong" cibir Desta sambil mengacak rambut hitam Velov. "DESTAAA...jangan mulai ya" teriak Velov sambil menggeplak punggung Desta dengan keras, dia tidak suka rambutnya yang sudah cantik itu di acak-acak. "aaawwww pedes banget sih Vel tangan lo, gue laporin KDRT ntar ya" sungut Desta sambil mengelus punggungnya yang terasa panas. Dan disahut tawa keras terbahak dari Cindy. "udah deh, kalian kayak bocah aja kalo ketemu pasti berantem mulu" sambar Cindy melerai pertengkaran dua sahabatnya ini, masalahnya ia sudah sangat lapar dan tidak sanggup kalau harus menunggu mereka menyelesaikan perdebatannya lagi. Setelah mereka duduk dan ngobrol, beberapa menit kemudian makanan yang sudah dipesan terlebih dahulu oleh Cindy datang dan mereka menyantapnya dengan lahap. Terdengar suara Celine Dion menyanyikan salah satu soundtrack film Titanic "my heart will go on' lagu yang sudah lima tahun ini menemani hari- hari nya semenjak kepergian belahan jiwanya 'DEMIAN' ,lagu yang menurutnya amat sangat mewakili perasaannya selama ini yang masih bertahan dengan satu cinta walaupun mereka terpisah jarak, waktu dan bahkan terpisah dunia. "gue angkat telpon bentar" ucap Velov seraya pergi menuju balkon ruang VIP, dan di sahuti anggukan oleh kedua sahabatnya. "eh kemarin waktu gue dinas di Semarang, gue ketemu sama si Keenan, jadi dia itu salah satu pemilik perusahaan yang ikut dalam perebutan tender kemarin" ucap Desta ketika sudah melihat Velov hilang dibalik pintu kaca. "lah bukannya dia ada di luar negeri ya? sejak kapan balik sini kok gak denger kabarnya?" balas Cindy sambil berbisik takut suaranya di dengar Velov. "entahlah Cin, gue juga sempet kaget dan was-was sih kalau sampai Velov tau Keenan udah balik kesini. Tadinya gue mau ngasih tau Velov, tapi setelah di pikir lagi gak usahlah, toh dianya juga tinggal di Semarang kayaknya" jelas Desta panjang lebar. "iya sih dari pada tuh anak kepikiran mulu dan entar malah mengurung diri, mending gak usah dikasih tau lah. Yaaah semoga saja si Keenan gak berani datang ke Jakarta dan menampakan diri di depan Velov" jawab Cindy dan di angguki oleh Desta. Dan baru saja Cindy menutup mulutnya, pintu kaca di belakangnya terbuka menampakan sosok tinggi Velov. "gue cabut dulu gak apa ya, ada tamu penting nih udah nunggu di cafe. Nih kalian bawa aja dan pesan apapun yang kalian mau" ucap Velov sambil menyerahkan kartu Debet miliknya di meja. "bener nih boleh pesen apa aja? baik bener sahabat gue satu ini" sahut Cindy senang sambil menyambar kartu debit yang diberikan Velov dan menciumi nya dengan lebay. "dasar cewek doyannya gratisan" toyor Desta yang bisa di hindari oleh si pemilik kepala. "ellaah kayak baru sekali ini aja gue bayarin lo, pake nanya bener apa gak segala.Pin nya udah tau kan? yaudah gue cabut bestie.." ledek Velov sambil cipika cipiki sama dua sahabatnya. "ati-ati dijalan dan jangan ngebut" ucap Cindy dan Desta barengan. Setelah Velov menghilang dibalik pintu, mereka berdua melanjutkan makan siangnya dengan semangat dan bahagia sambil ngobrol ngalor ngidul gak ada habisnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD