Aku tak bisa menerima perjodohan ini, kenapa harus aku ?
Kenapa di jaman seperti ini aku harus mengalami budaya kuno ini ?
Keuntungannya untukku apa ?? Yang ada aku dirugikan, itu berarti aku harus meninggalkan wanitaku.
Wanita yang saat ini aku cintai, aku tak sampai hati menyampaikan ini padanya, hatinya pasti hancur sama denganku.
"Aarggghh !!!!" Aku menjambak rambutku, aku frustasi.
Aku harus bisa menggagalkan rencana ini.
Bagaimanapun caranya.
Aku mengambil jaket dan kunci mobil, dan segera pergi dari sini.
Aku berlari menuruni tangga dan aku melihat mama tengah menatapku dari bawah.
"Kamu mau kemana Arya ?"
Aku tak menjawab pertanyaan mama, aku hanya memberikan expresi dingin, aku rasa mama pun sama,tak memihak ku sama sekali.
"Pergi," satu kata yang aku ucapkan, dan kembali melangkah dengan cepat.
Namun aku melihat Ken, anakku satu-satunya menatapku dengan lembut.
"Papa, papa mau kemana ? Papa mau ninggalin Ken sepelti mama ? Ken gak mau papa pelgi,jangan tinggalin Ken papa." mendengar ucapan anakku satu ini, aku tak tega hati.
Apa yang harus aku bilang ??
Ken memang anak yang cerdas, di umurnya sekarang dia sudah berbicara fasih, bahkan bisa berbahasa Inggris.
"Sayang.. papa mau keluar sebentar, hanya sebentar kok,nanti papa pulang lagi, Ken tunggu papa pulang ya ?" Aku mencoba membuatnya mengerti, tapi ia sangat mengerti keadaanku.
"Iya papa, Ken tunggu papa pulang," Aku mencium pucuk kepalanya dengan lembut, mataku dengan terpejam mengingat betapa aku sangat menyayangi anak ini,begitu juga almarhumah mamanya.
"Arya, Arya !?" Beberap kali mama memanggilku, namun aku tak bergeming aku tetap berjalan meninggalkan nya.
Aku membawa mobil ku dengan cepat ke tempat yang aku inginkan, aku tak peduli dengan apapun, aku hanya ingin sendiri dan sendiri.
30 menit berlalu, aku masih membelah jalanan di kota ini, aku rasa kota ini sedang sepi, ya memang aku berkendara saat malam datang.
Aku sedikit bebas karena jalanan tak begitu macet.
Teeeeeeettttttt !!!!!!!
"Astaga ??!!!"
_
Aku masih berdiri di balkon kamarku, menghirup udara malam yang sedikit sejuk, kendaraan bermotor yang sudah mulai berkurang di jalanan membuat udara tak terlalu kotor seperti siang.
Aku melirik jam di tanganku, jam bertuliskan Casio di tengah jarum jam.
Ternyata belum terlalu malam,baru pukul 19.30 malam.
Masih ada waktu untukku bertemu dengan Joe.
"Joe.. bisakah kita bertemu??" Ucapku setelah menekan tombol di ponselku.
"Baiklah, aku segera kesana,"
Tak lama aku segera memakai blazer ku dan tas mungil di atas nakas.
Dan mulai berjalan keluar.
"Mau kemana Clara ??" Ternyata nenek melihatku berjalan keluar.
"Clara mau keluar dulu nek, gak lama kok,"
"Baiklah, jangan terlalu malam ya nak ?"
" Iya,,"
Hanya kata itu yang aku ucapkan,aku memang masih sedikit kesal dengan rencana nenek dan kakek ku.
Aku mulai menyetop taksi didepan jalan, aku sebenarnya memiliki satu kendaraan, yaitu sepeda motor, namun aku sedang tidak mood menggunakan nya, aku bisa celaka jika aku tak konsen membawanya.
Taksi membawa ku ke sebuah tempat yang aku tuju, karena sistem satu jalur yang sudah diterapkan, maka aku harus turun disalah satu sisi jalan, dan harus menyeberang untuk menuju satu cafe disana.
"Terima kasih pak,"
Aku menengok ke satu arah dulu sebelum menyebrang, aku takut jika ada kendaraan yang tiba-tiba mengebut.
Setelah kupastikan sepi, aku segera aku melangkah, namun beberapa langkah setelahnya, aku menjerit aku hampir ditabrak sebuah mobil HRV hitam.
Yang entah darimana munculnya.
Aku berjongkok dan menutup telingaku seketika, aku tak berharap mati, tapi aku berharap ini jalanku agar aku terlepas dari masalah ini.
Ya Tuhan maafkan aku karena belum menjadi orang yang berguna.
"Clara.."
Seseorang memanggil namaku, aku menatap wajah yang memanggilku,aku harap itu bukan suara malaikat pencabut nyawa.
"Clara kamu baik-baik saja ??" Aku melihat raut wajahnya yang cemas menatap ku.
Nafasku menggebu, nafasku cepat, terlihat dari dadaku yang naik turun dengan cepat.
"Joe.."
"Kamu baik-baik saja Clara,? Ayo bangun," suara itu milik Joe.
Ternyata Tuhan masih memberikan ku hidup.
Joe membantuku berdiri, dan merangkulku untuk sampai ke seberang jalan.
Untuk sekilas aku melihat orang yang membawa mobil HRV ini.
Aku melihat nya dari dashboard, lampunya terang sehingga aku bisa melihatnya dari luar.
Seorang laki-laki tampan, namun dengan tatapan dingin seperti diliputi kemarahan menatapku.
Namun aku juga melihat kesedihan di satu sisi tatapannya.
Aku tak mengerti, tapi aku terus menatapnya, begitupun sebaliknya.
Sampai aku tersadar aku telah berada diujung jalan, dan mobil hitam itu pergi berlalu.
"Clara.. ayo aku akan memeriksamu." Joe mengajak ku masuk.
Aku mengangguk.
Joe membawa peralatan kedokteran di tasnya, itu sangat penting bagi dokter sepertinya, disaat genting seperti ini.
"Sudahlah Joe, aku tak apa-apa," aku memprotes nya saat dia memeriksa ku dengan stetoskopnya menempel ditanganku.
Joe sangat serius dalam hal ini.
"Tak seharusnya kamu melamun saat menyeberang,itu berbahaya Clara." Tegur Joe.
"Maafkan aku Joe," Ucapku tertunduk.
"Sudahlah, pesan makanan mu, aku yang akan bayar," Dia berniat mentraktirku ?
"Tidak Joe, aku tak ingin makan,"
Joe menatapku prihatin "katakan padaku, kau ada masalah ??"
Aku memang tak bisa berbohong padanya, Joe tahu dimana aku aku bermasalah dan tidak.
Aku hanya bisa bercerita keluh kesah ku pada Joe
"Joe.. aku dijodohkan," ucapku pelan tertunduk.
"Apa ?"
"Aku dijodohkan oleh nenek dan kakekku,"
"Lalu ??" Joe menanggapi ucapanku dengan serius.
"A ..a ..Aku tak tahu,aku tak kenal dengan lelaki itu, aku bahkan tak tahu seperti apa dan bagaimana dia, aku hanya ingin menikah dengan orang yang aku cintai Joe," aku bercerita padanya dengan berkaca-kaca.
Aku merasakan tangannya menggenggam ku, rasanya hangat, begitu membuat aman seketika.
Aku masih tertunduk, aku merasakan dia menarik nafasnya dalam.
"Katakan padaku, apa yang kau rasakan ??" Seakan Joe tahu apa yang ku fikirkan.
"Aku tak tahu Joe, di satu sisi aku sedih, di satu sisi aku tak bisa membuat orang yang membesarkan ku kecewa karena aku,aku bingung Joe," Aku menitikkan air mataku, sungguh aku memang sedih.
Setragis inikah hidupku ??
Jika orang tuaku masih ada, mungkin aku tak akan seperti ini.
Joe mengusap air mataku, dia tersenyum, senyum yang mampu membuatku tenang disaat ini.
"Aku tak bisa banyak membantumu Clara, ini kehidupanmu, tapi aku hanya akan memberimu saran, ikuti kata hatimu, jangan paksakan jika hatimu berkata tidak,lakukan yang terbaik untukmu, i trust you,"
Aku tertunduk, tangan nya masih erat menggenggam ku, dan aku membalas genggaman tangannya.
"Terima kasih Joe, hanya kepadamu dan Desy aku bisa berbagi masalahku," Ucapanku begitu sendu.
"Sudah, berhenti menangis dan bersedih, kau harus makan dulu, ayo pesan apapun yang kau mau," Joe menyuruhku memesan makanan.
Baiklah, aku pun menurutinya.
_
"Maaf, aku terlambat," Ujar seorang lelaki berbadan tegap.
"Iya, tak apa, ada apa kamu menyuruh kita bertemu ?? Apa kamu kangen padaku ??" Jawab seorang wanita.
Arya tersenyum mendengar ocehan kekasihnya.
"Haha.. iya aku memang kangen padamu, dan ada juga yang aku ingin bicarakan,"
"Ada apa Arya ?? Kau ada masalah ?" Tanya seorang wanita itu intens.
Arya menatap kekasihnya dengan raut tak tega, namun ia harus jujur tentang semuanya.
"Kinan, maafkan aku selama ini belum membuatmu bahagia," Ucap Arya.
"Apa maksudmu Arya? Kamu selama ini membuatku sangat bahagia,"
"Maafkan aku Kinanti, tapi sepertinya hubungan kita tak bisa berlanjut lagi," Ucap Arya penuh sesal.
"Apa maksud mu Arya ?? Kamu ingin kita berpisah ??" Kinanti sangat tidak percaya dengan pembicaraan arya
Arya mengangguk pelan, mengiyakan semua pertanyaan Kinanti.
"Arya, kamu becanda kan ?? Kamu bohong kan ?? Kamu gak serius dengan omonganmu kan ??" Bertubi-tubi pertanyaan Kinanti, ia sangat tidak percaya.
Arya begitu mencintainya, begitupun sebaliknya, hubungannya selama ini berjalan lancar.
Mana mungkin tiba-tiba Arya memutuskan hubungannya, Kinanti yakin ini hanya prank !
"Haha.. Arya.. aku tahu kamu hanya membuat lelucon, sayangnya kau tak bisa membohongi ku Arya," Kinanti terkekeh, seakan-akan ia percaya ini hanya lelucon.
Arya hanya diam mematung, tak mampu lagi berkata, ia takut, sangat takut Kinanti akan terluka.
Ia menggenggam tangan Kinanti.
"Kinan, maafkan aku, aku serius dan sangat serius, aku tak bisa lagi melanjutkan hubungan ini," Arya berkata dengan sangat hati-hati.
"Ta.. tapi kenapa Arya ? Apa salahku ?? Apa aku ada salah padamu ?? Tolong katakan Arya ?"
"Tidak, tidak Kinan, kamu tak salah apapun, sama sekali tak salah, ini salahku,salah aku."
Matanya mulai berlinang, Kinan tak lagi bisa menahan tangisnya.
"Katakan Arya ?? Kenapa ??"
Arya menutup kedua matanya, menyiapkan jawaban untuk di dengar Kinanti.
Dia menarik nafasnya dalam-diam "Aku dijodohkan Kinan, maafkan aku,"
"Apa ??" Kinanti shock bukan main.
Sebuah perjodohan menghancurkan hubungannya selama beberapa bulan ini.
"Maafkan aku Kinan,"
"Arya, apa kau tak bisa menolaknya Arya ?? Apa kau menurutinya ?? Apa kau tak bilang jika kau telah punya pacar ??" Pertanyaan yang bertubi-tubi di dengar Arya.
"Sudah Kinan, sudah, aku sudah mengatakan semua yang kau tanyakan, dan hasilnya tetap sama, aku tak bisa menolak," Ucap Arya.
Kinan hanya bisa menangis mendengar semua yang didengarnya.
"Kenapa Arya ??kenapa ?? Disaat seperti ini kamu harus pergi Arya ? Kenapa kamu tak mencoba memperjuangkan ku,? Apa kamu tak mencintaiku Arya ??"
"Aku mencintaimu Kinan, sangat mencintaimu, dan aku bukannya tak mau memperjuangkan mu, tapi apa daya, aku belum memiliki apapun untuk mu,"
"Dan kau tetap saja meninggalkan ku Arya !!" Suara Kinan meninggi.
"Kamu meninggalkanku sekarang,!!"
"Maafkan aku Kinan, aku akan memperjuangkan hubungan kita sekali lagi,aku mohon beri aku waktu," Arya memohon kepada Kinan.
"Sudahlah Arya, aku tak butuh ucapan mu, aku hanya ingin pembuktian,jangan pernah temui aku sebelum kamu membuktikan nya padaku," Kinanti memberikan ultimatum kepada Arya dan meninggalkan nya.
Arya frustasi, kenapa hidupnya harus serumit ini ?? Kenapa hidupnya harus diatur dengan sebuah perjodohan !? Tak bisakah Arya hidup normal seperti orang lain? Pertanyaan ini terus berkecamuk di hatinya.
Setelah kepergian Kinanti, Arya merasa hidupnya hancur sudah.
Namun Arya tak akan diam, dia akan memperjuangkan kembali hubungannya,apapun yang terjadi demi dirinya dan juga Ken anaknya.
°
°
°
°
To be a continued..
Setelah membaca biasakan meninggalkan jejak ya.
Jejak kalian sangat berharga bagi penulis..
Terima kasih.