Aku menghapus airmata saat Rabian selesai bercerita, dadaku sakit membayangkan Rabian melihat kondisi Billa. Aku nggak bisa menyalahkan Rabian, andai aku di posisi Rabian pun mungkin aku akan melakukan hal yang sama. “Ya ampun, kamu nangis lagi kan,” Rabian menepikan mobil dan menghapus airmata yang masih mengalir di pipi. “Aku sedih,” balasku. “Maafin aku,” ujarnya sambil menunduk malu. “Aku sedih mengingat bagaimana dulu Billa sangat baik padaku saat penculik itu mengurung kami. Billa rela membagi makanannya untukku, dia juga selalu memanggil nama kamu di dalam tidurnya,” Rabian melihatku. “Billa terlahir sempurna tapi takdir membawanya ke tangan b******n itu, aku tidak akan membiarkan b******n itu hidup dengan tenang,” ada geraman di balik suaranya. Aku memeluknya da
Download by scanning the QR code to get countless free stories and daily updated books