"Pulang sebelum jam sepuluh ya, Mas," pesan Bunda saat melepas aku dan Azka di depan. Ada Ayah juga di sana, sementara Eyang memilih diam di ruang tengah sembari menonton tv. Beliau kalah berdebat lagi dari Mas Danu. Padahal harusnya aku nggak dibolehkan ikut ke luar malam ini, tapi karena kalimat yang diucapkan Mas Danu terdengar meyakinkan, Ayah dan Bunda pun jadi percaya. Dia memang pandai memberi alasan. Benar-benar pria bermulut manis. "Iya, Tante. Akan saya kembalikan mereka tepat waktu tanpa kurang apa-apa." Mas Danu tersenyum tipis, dia menyalami Ayah dan Bunda, kemudian berbalik setelah melambai ringan. Seperti pemimpin gerombolan itik, Mas Danu berada di depan kami, dengan aroma parfum menguar memabukkan. Dia membukakan pintu untuk Azka dan aku. Supaya dirinya nggak terlihat se