1. PERKENALAN
Di sebuah Perguruan Tinggi terbaik di kota Jogja, ada seorang Pria yang sangat tampan dan anak orang kaya. Pria itu bernama Rio Farezi, mempunyai badan yang tinggi dan atletis, dia dikagumi banyak Cewek-cewek di Kampusnya, namun karena sifat Rio yang pemalas, dia sangat cuek terhadap semua cewek di sana. Menurutnya, saat ini berurusan dengan cewek itu hanya membuang-buang waktu saja. Sifat malasnya juga membuat dirinya termasuk mahasiswa yang kurang pintar. Namun dengan badan yang cukup atletis, Rio sangat jago dalam berkelahi.
Di Kampus itu ada satu Gadis yang membuat Rio bergerak aktif pada lawan jenisnya, entah kenapa dia sangat senang menjahili gadis itu. Rio menganggap gadis itu adalah musuh sekaligus rivalnya.
Gadis itu bernama Rea Feliza, dia adalah gadis yang tidak cantik dengan kulit berwarna coklat, dia juga suka memakai kacamata layaknya orang culun, ditambah ada beberapa bekas jerawat di wajah membuat penampilannya semakin berkurang. Seandainya saja dia memakai kacamata yang cantik dan indah seperti gadis lain, mungkin Rea tampak lebih baik. Rea berasal dari golongan keluarga sederhana, namun jangan salah, dia adalah gadis yang rajin dan pintar sehingga dia mendapat beasiswa pendidikan di Perguruan Tinggi terbaik di kota itu. Meskipun dia seorang gadis yang tidak cantik, namun badannya tampak indah, karena Rea rajin olahraga dan selalu mengikuti ekstrakurikuler bela diri di manapun tempat belajarnya, sehingga Rea sangat jago bela diri.
Mereka berdua tidak pernah akur satu sama lain meskipun sudah lama sekali kenal, selalu saling ejek dan menjahili. Kebetulan juga Rio dan Rea selalu berada di kelas yang sama sejak dari Sekolah Dasar hingga sekarang, entah itu memang kebetulan atau sebuah takdir abadi.
Mereka saat ini belajar bersama di Fakultas jurusan Ekonomi di Kampus itu. Sebenarnya Rio tidak suka belajar di jurusan ini, tapi ini adalah keinginan Ayahnya agar bisa meneruskan bisnis perusahaan milik Ayah tercintanya itu suatu saat nanti, jadi Rio tidak bisa menolak itu. Sedangkan Rea memilih jurusan ini karena ingin membahagiakan keluarga tercintanya, dengan mendalami tentang perekonomian dunia dan berharap menjadi orang sukses suatu saat nanti.
Rumah mereka berdua tidak terlalu jauh, masih satu wilayah, mungkin butuh waktu sekitar 3 menit perjalanan menggunakan motor. Meskipun rumah mereka tidak jauh, Rio dan Rea tidak pernah saling berkunjung di rumah masing-masing, ya pastinya karena belum pernah akur sampai sekarang ini.
Di Kampus meskipun Rea adalah gadis yang tidak cantik, akan tetapi dia hampir tidak pernah diejek orang lain, mungkin pada takut dengannya, karena Rea jago bela diri. Namun ada satu cowok yang berani mengejeknya, siapa lagi kalau bukan si tampan Rio. Hampir setiap bertemu Rio selalu mengejek dengan sebutan 'Gadis Jelek' sedangkan Rea juga sama saja, hampir selalu membalasnya dengan sebutan 'Pria Bego' saat bertemu. Meskipun diejek begitu, mereka tidak pernah marah akan hal itu dan hanya menganggap itu hanyalah sebuah lelucon. Selain itu Rio juga tidak pernah diejek orang lain kecuali Rea, mana ada Pria tampan, kaya dan jago berkelahi yang berani mengejek Rio.
***
Sebuah mobil merek Ferrari berwarna biru melaju kencang di jalanan yang tidak terlalu ramai, namun sesaat kemudian berhenti seketika di perempatan lampu merah yang sedang menyala, suara rem terdengar sangat nyaring. Siapa lagi kalau bukan si tampan Rio Farezi yang mengemudi mobil tersebut.
"Ah, Sial. Pas lampu merah menyala lagi, sudah hampir telat nih," keluh Rio menghela napas sambil melihat jam tangan mewah miliknya.
Beberapa detik kemudian lampu hijau menyala, Rio langsung menjalankan mobilnya dan melaju dengan cepat. Sudah kebiasaan dia sering kesiangan saat berangkat kuliah dan buru-buru menuju ke Kampus terbaik itu. Tak lama kemudian sampailah Rio di kampusnya. Beberapa mahasiswa melihat mobil Rio melaju cepat sambil geleng-gelang kepala. Segera Rio menempatkan mobil di area parkiran, karena dia melaju dengan cepat jadi dia belum terlambat. Rio turun dari mobilnya dan bergegas menuju ruang belajarnya, tampak banyak Cewek memandang Rio dengan terpesona.
"Aaa, Rio!" teriak para cewek yang melihatnya dari taman.
Ada juga cewek yang melihat Rio terus berjalan sambil gigit jari, ada pula cewek yang tidak berkedip melihatnya.
Akhirnya Rio tiba juga di ruang belajarnya, dia disambut teman-temannya yang sudah berkumpul di sana, dia melakukan tos dengan Geng Rio.
"Hallo Rio, kamu kesiangan lagi ya?" tanya salah satu temannya, Rio hanya tertawa.
Di dalam kelasnya, Rio mempunyai geng berjumlah 4 orang termasuk dirinya, nama ketiga temannya adalah Kevan, Fahri dan Max. Mereka adalah sahabat sejati dan selalu kompak bersama, segera Rio ikut bergabung untuk mengobrol bersama di situ. Saat sedang asik ngobrol bersama geng, tiba-tiba terdengar suara nyaring.
"Ehh, si Pria Bego udah datang," ucap Rea yang baru saja dari taman dekat kelasnya, diikuti teman geng-nya yang hanya tersenyum melihat Rio bersama teman-temannya.
"Apaan sih kamu, pagi-pagi menyapa begitu! Bilang 'Pagi Tampan' atau 'Pagi Pangeran' gitu bisa gak?"
"Hello!!! Males banget panggil begitu," jawab Rea sambil pergi ke arah tempat duduknya.
"Dasar si Gadis Jelek!" balas Rio agak teriak.
Sedangkan teman-teman Rea melambaikan tangan sambil tersenyum terhadap Geng Rio, lalu segera mengikuti Rea yang cuek mendengar ucapan Rio tadi. Di kelas ini Rea juga memiliki geng, jumlah Geng Rea juga sama 4 orang, nama teman-temannya adalah Feny, Sifa dan Monic.
Sesaat kemudian bunyi lonceng tanda jam pelajaran dimulai terdengar, semua mahasiswa mempersiapkan diri untuk mengikuti pelajaran. Dosen sudah datang dan menyapa semua mahasiswa, kemudian menerangkan beberapa materi dengan serius. Rio tampak bermalas-malasan mendengarnya, baginya materi ini cukup membosankan, berbeda untuk Rea yang fokus mendengarkan dan memperhatikan dengan seksama. Di tengah pembelajaran ...
"Bu, ijin ke belakang!" Rea meminta ijin untuk pergi ke kamar kecil.
Melihat itu Rio tersenyum licik, setelah Rea beranjak keluar ruangan. Rio merencanakan sesuatu, dia mengambil 2 ekor cicak yang sudah dipersiapkan dari rumah, kebetulan semalam dia memburu cicak di kamarnya, binatang itu sungguh menyusahkan nya. Saat tadi malam menangkap cicak, dia memasukkan 2 ekor cicak ke dalam kantong plastik dan berencana untuk menjahili Rea paginya di Kampus. Niat banget Rio melakukan itu demi kesenangannya.
Segera Rio menaruh 2 cicak itu pelan-pelan ke dalam tas milik Rea, tak lupa dia memperingatkan teman-teman Rea untuk diam, jika ada yang memberitahukannya, siap-siap saja menerima akibatnya. Semua hanya bisa mengangguk tanda pasrah. Rio juga mengambil pena milik Rea yang ada di meja dan memasukannya ke dalam tas yang ada cicak tersebut. Tempat duduk Rea tidak jauh dari Rio, hanya dibatasi 1 meja saja. Kebetulan juga dosen sedang menulis di white board sehingga Rio mengambil kesempatan agar rencananya berjalan dengan lancar. Setelah menaruhnya, segera Rio kembali ke kursinya dan berpura-pura fokus memperhatikan pelajaran.
Selang beberapa saat, Rea datang dengan memberi senyuman pada dosen, lalu berjalan menuju tempat duduknya sambil melihat Rio dan menjulurkan lidahnya tanda ejekan, melihat itu Rio malah menahan tawa, hal itu membuat Rea sedikit heran. Bagaimana Rio tidak senang, dia sudah menyelesaikan rencana itu.
Rea cuek saja dan segera duduk di kursinya, tak lama kemudian dosen menyuruh untuk mencatat apa yang ditulis di white board, saat Rea ingin menulis,
"Loh, penaku tadi mana? Perasaan udah aku keluarkan." Rea sedikit bingung dan segera mengambil pena di dalam tasnya, dan ...
"Aaaa!!" jerit Rea menyentuh cicak di dalam tasnya, terlihat sangat shock dan ketakutan, bahkan bulu kuduknya sampai berdiri.
Hampir semua mahasiswa ikut terkejut dan otomatis semua melihat Rea, terutama yang di depan karena tidak melihat aksi Rio. Apalagi Rea juga suka memilih tempat duduk paling belakang, bahkan dosen pun ikut terkejut.
Meskipun Rea adalah gadis yang jago bela diri, naluri kewanitaannya masih sangat kuat, terlebih menyentuh tubuh cicak yang menggelikan itu, pastinya sangat mengejutkan.
"Ada apa Rea?" tanya dosen padanya.
"Ada cicak Bu di dalam tas saya, malah ada 2 lagi."
"Kenapa ada cicak di situ? Siapa yang menaruhnya?"
Rea hanya menggelengkan kepala kerena masih sedikit shock, lalu melihat ke arah Rio yang sedang berusaha sekuat tenaga menahan tawa, karena kejadian itu.
"Rio! Itu pasti ulahmu kan?" kesal Rea sedikit keras.
"Loh, enak aja asal nuduh. Mana buktinya?" jawab Rio.
"Lah, itu kenapa senyum-senyum gak jelas?"
"Emangnya gak boleh tersenyum. Aku kan lagi seneng aja liat si Gadis Jelek histeris begitu."
"Hiiih ... Awas aja nanti, akan aku balas!" kesal Rea sambil menunjuk ke arah Rio.
Mendengar itu Rio malah asik bersiul sambil mengalihkan perhatian, dan itu membuat Rea semakin kesal.
"Sudah-sudah! Mari lanjutkan pelajarannya!" perintah Ibu dosen.
Rea berusaha melupakan kejadian ini dan kembali fokus belajar, lalu mencatat apa yang dosen tadi perintah, meskipun wajahnya masih tampak kesal. Sedangkan 2 cicak tadi terlepas dan lari ke dinding belakang ruang kelas.
TO BE CONTINUED