5 : Memilih pergi

1222 Words
Tubuhnya berjalan dengan lunglai, pertanda tubuh wanita itu tidak memiliki kekuatan untuk berdiri tegak menghadapi kenyataan yang tidak pernah diinginkannya. Wanita itu-Belle, dengan salah satu tangannya menggenggam tangan Kim dengan keputusan bulat untuk memilih pergi dari kehidupan pernikahannya. Tidak tampak seperti anak 4 tahun pada umumnya, Kimora tampak paham apa yang dialami oleh Ibunya. Gadis kecil itu juga tidak ingin menambah air mata Ibunya dan mendiamkan diri mengikuti keinginan Ibunya. Pergi menjauh dari Ayahnya. Belle sudah memesan tiket penerbangan dan sudah menghubungi Ayla-sahabatnya sejak SD itu. Ayla ikut prihatin dengan apa yang terjadi pada kehidupan pernikahan Belle. Matanya membuka lebar begitu teringat akan sesuatu. Kotak surat rahasianya masih tertinggal di dalam lemarinya. Tiba-tiba saja senyuman sinis hadir lagi di wajahnya, dia baru saja ingat kotak surat itu tidak ada gunanya untuk dirinya. Untuk apa lagi aku mengingat surat-surat itu? Lagipula, Phill juga tidak akan merespon cintanya. Mungkin saat ini Phill masih berada di samping Meisha. Mengkhawatirkan keadaan wanita itu. Batin Belle sudah pesimis terhadap perasaan Phill. Dia benar-benar telah merelakan Phill berbahagia dengan mencintai Meisha. Kenapa tidak? Bukankah kebahagiaan Phill juga kebahagiaan Belle juga? Itu yang selalu terpatri seumur hidupnya. Ini kesalahannya sejak awal. Terlalu memuja Phill sejak pertama kali bertemu di acara rapat perusahaan tempat Belle bekerja dan pria itu datang mewakili perusahaannya. Dewasa, kalem, menghanyutkan. Belle terpesona begitu melihat Phill yang memiliki aura berbeda dari pria yang selama ini dikenalnya. Dengan percaya dirinya, Belle menyatakan cinta pada Phill dan pria itu menerimanya! Ternyata Phill juga mencintainya. Mereka memiliki perasaan yang sama. Menyingkirkan seluruh nasihat teman dan bahkan artikel majalah, yang mengatakan bahwa 'wanita tidak seharusnya menyatakan cinta lebih dulu pada pria', mereka berdua akhirnya berpacaran. Dikala itu, Belle merasa Phill memujanya. Dikala itu, Belle merasa dirinya diinginkan banyak pria. SALAH! Semua itu hanyalah delusi yang tercipta karena suatu kebetulan semata. Phill menerima Belle dengan anggapan 'mungkinkah ini akan jadi cinta sejatiku?', bukan karena 'Inilah yang kucintai selama ini'. Miris? Memang! Ironis? Tentu saja! Inilah permainan takdir yang kejam disertai dengan bumbu ketidakpastian hati Phill saat itu. Ditambah juga dengan kesalahpahaman Belle akan dirinya yang selalu dipuja. Alangkah lebih baiknya disaat itu, Phill menolak cintanya atau menolak menikahinya. Bukan karena permintaan Ibunda untuk segera menikah lantaran angka umur bertambah, lantas mengambil langkah salah mengamini Belle menjadi istrinya. Benar, ISTRINYA! Semua sudah terjadi. Sudah tak bisa disesali lagi. Langkah yang harus ditegaskan disaat ini adalah melepaskan kita yang terikat dalam pernikahan tanpa cinta dari salah satu pihak. Seperti banyak orang bilang, ' Pernikahan adalah menyatukan perasaan 2 orang dan 2 keluarga'  tidak seperti pernikahaan Belle yang dimana tokoh utama berjuang sendirian untuk kisah cintanya. Hey, bahkan kisah Romeo dan Juliet juga mati berdua, kan? Bukan hanya Juliet yang terkapar karena racunnya sendiri. Belle menengadahkan wajahnya ke atas. Memandang cerahnya hari dan bertekad berjuang walau keterpurukkan sedang singgah dalam hidupnya. Demi Kim, dia tidak akan mati seperti Juliet. TIDAK AKAN! Memilih pergi dari hidup Phill, itulah pilihan Belle agar bisa menyelamatkan dirinya sendiri. Menyelamatkan Kim sebelum anak itu terlalu membenci Ayahnya yang selalu berhasil meruntuhkan pertahanan air mata Ibunya. "Papa dan Mama... Tidak bisa bersama-sama, Kim. Maafkan Mama yang terlalu lemah. Maafkan Mama yang lelah dan menyerah kalah pada keluarga kecil ini. Tapi Kim mau lihat Mama juga bahagia, kan? Ijinkan Mama membawa Kim juga bersama Mama. Kita cari kebahagiaan tanpa Papa. Mama berjanji akan memberikan ribuan kebahagiaan untuk Kim. Mama janji." . . . . . Bodoh. t***l. i***t. g****k. b******k! Argh! Phill merutuki dirinya sendiri setelah membuka semua surat Belle yang tertulis untuknya selama ini tanpa di berikan langsung. Mengapa begitu mudahnya kamu membuang komitmen pernikahan begitu saja? Belle tidak salah. Dia belajar untuk menyenangkanku. Dia berusaha mencintaiku dengan caranya setiap hari. Memendam rasa sakitnya. Otak Phill bagaikan terkena topan. Semua berputar memusingkan dengan apa yang sudah diperbuatnya pada Belle selama ini. "Belle... Kamu dimana? Kamu bawa kemana Kimora kita?" lirih Phill dengan surat-surat Belle yang berserakan di lantai. Phill menghubungi semua orang yang mengenal Belle. Termasuk kedua orang tua mereka. Phill tahu jika dia memberitahu apa yang terjadi dalam pernikahan mereka saat ini, Phill akan dimaki-maki oleh mereka. Hanya saja, Belle saat ini lebih penting dari apapun. Belle harus ditemukan, begitu juga dengan Kim yang dibawa olehnya. . . . . . Seperti di duga oleh Phill, dia akan menerima makian marah dari kedua orang tua mereka. Phill mengabaikan amarah itu dulu dan tidak menemukan Belle ada di sana. Tanpa kata pamit, Phill segera keluar mencari jejak Belle. Sayangnya, semua itu sudah sia-sia. . . . . . Seminggu setelah Belle menghilang, akhirnya Phill kembali masuk kerja setelah cuti mencari Belle. Teman sekantornya ikut membantu mencari jejak Belle, nihil. Tak ada hasilnya. Meisha merasa prihatin dengan keadaan Phill yang tampak awut-awutan. Ternyata peran Belle sangatlah besar, lihatlah penampilan Phill sekarang. Berantakan! Seperti manusia hutan! "Pak Phill, lebih baik anda pulan dan beristirahat. Anda terlihat pucat. Pak Phill makan dengan teratur?" tanya Meisha prihatin. "Bagaimana saya bisa makan teratur? Saya bahkan tidak tahu anak dan istri saya." ucap Phill dengan mata berkaca-kaca. "Anda harus menjaga kesehatan. Kalau anda sakit, bagaimana bisa mencari Belle dan Kim?" "Meisha... Tolong, jangan ikut campur. Kamu tidak ada urusannya dengan saya." "Pak, jangan seperti itu..." "Meisha! Saya mohon. Jangan dekati aku saat ini." Drrrt. Phill melihat nomor asing menghubunginya. Dengan penuh harap, Phill mengangkat nomor tersebut. "Halo..." "Selamat siang, Pak Phill. Anda suami dari Nyonya Belle Fransisca Soedjatmiko?" suara bapak-bapak terdengar dari sambungan telepon itu. "Iya. Anda kenal istri saya? Dimana dia sekarang? Oh, siapa anda ini." "Saya Harris, saya adalah pengacara Nyonya Belle. Saya ingi bertemu dengan anda untuk menyerahkan surat perceraian." "A-apa? Di mana Belle sekarang? Saya harus bertemu dengannya!" "Kalau begitu, bisa Pak Phill temui saya?" . . . . . Belle membuka matanya menyambut pagi hari yang baru. Sudah hampir 3 minggu dia hidup tanpa Phill. Kimora yang tidur nyenyak di sampingnya selalu membuat wanita itu semakin kuat. Anaknya yang mencintainya dengan tulus berada bersama dengannya. Di apartemen Ayla, mereka menikmati kebebasan tanpa sakit hati. Belle sudah mengajuka. surat cerai dan dia tahu Phill akan menuntutnya untuk bertemu. Dia tidak peduli. Pengacaranya diberikan kuasa penuh untuk mengurus semuanya. Dia hanya ingin hidup tenang. Rencana melepaskan Phill juga menuntut Belle harus kembali ke dunia kerja. Dia tidak keberatan dengan itu, Ayla bersedia membantunya masuk ke perusahaan ternama dengan jabatan lumayan. Belle bukanlah wanita bodoh, dia memiliki segudang prestasi dan pengalaman yang menjanjikan sebagai kepala divisi periklanan. Dengan CV yang bagus, sudah dipastikan Belle langsung mendapatkan pekerjaan di perusahaan di bidang kosmetik. Apalagi dia memang mencintai make up-yah- dia terpaksa merubah diri untuk suaminya yang tidak tahu diuntung. Dengan langkah yakin, Belle memasuki ruangan direktur utama perusahaan MagicHouse-cosmetics dan bertemu dengan atasan barunya. "Selamat datang di perusahaan ini, Nyonya Belle. Perkenalkan, saya adalah direktur utama MagicHouse-Cosmetics, Maximilianos Dominic Nocranovic." Belle sempat terpana melihat ketampanan atasannya ini dan juga namanya terdengar sexy dan... ribet?! "Nama saya susah ya? Panggil dengan Maxy saja." "Baik, Pak Maxy." "Kamu kaku sekali, Belle." tawa Maxy memenuhi ruangan dan membuat wajah Belle merona. "Ma-maafkan saya." Belle merasakan nafasnya sedikit tersekat melihat wajah eropa milik Maxy. Tanpa disadari Belle, Maxy menganggap Belle adalah wanita yang tangguh namun lucu. Sejarah wanita itu sempat tercengang saat Maxy membaca cerita hidup Belle. Wanita cantik itu 'pernah' menikah dan ditinggalkan karena suaminya mencintai wanita lain. Pria yang bodoh, batin Maxy begitu melihat Belle secara langsung.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD