Sekali lagi, semuanya memang perlahan kembali. Clara mulai menulis dan mengirimkan satu atau dua tulisannya ke media lagi. Jujur, ia merasa harus mulai lagi dari nol. Ya, kepercayaan publik memang tak bisa dikembalikan begitu saja. Apalagi keeksisannya semula, juga tidaklah terlalu besar. Malah, kasus yang ia alami lebih membuatnya terkenal dibandingkan dengan kepopulerannya sebagai seorang penulis. Namanya ada di mana-mana, bukan karena prestasi menulis, melainkan karena kasus itu. "Sedang apa?" tanya Karin. Kepalanya menyembul dari balik pintu kamar Clara. "Menulis. Kenapa?" Clara balik bertanya. "Ada yang mau bertemu." "Hah? Siapa?" Karin tak menjawab. Dari raut wajahnya, sudah dapat ditebak kalau seseorang yang ingin bertemu dengan Clara, pastilah bukan salah satu dari temann

