"Biru, kamu mau pergi lagi?" Langkah kaki Xabiru terhenti mendengar suara teguran dari Mamanya. Pria itu baru saja mengganti bajunya setelah sebelumnya membersihkan diri. Waktu menunjukkan pukul 4 sore. Waktu yang hangat dan sangat cocok digunakan untuk bersantai. Seperti yang dilakukan Widia, tengah duduk di depan rumah sembari menikmati secangkir teh. Wanita itu dibuat terheran-heran melihat putranya yang belakangan ini tak pernah tidur di rumah. "Temen kamu itu belum sembuh?" Widia kembali bertanya dengan dahi mengernyit. Sebelumnya Xabiru memang sudah bercerita jika temannya sakit. Jadi pria itu menemaninya. "Memangnya dia nggak punya keluarga lain?" Tiga pertanyaan sekaligus diberikan oleh Mamanya membuat Xabiru segera mendekat. Ia duduk di kursi lalu menariknya pelan agar lebih