Pilihan Natalie jatuh pada membiarkan Joshep tetap berada di kamarnya. Mungkin, mereka bisa mengobrol serius seperti apa yang Joshep katakan. Satu-satunya cara mencari tahu siapa pria berbadan tinggi dan putih di hadapannya ini yaitu dengan mengobrol dan menanyakan hal-hal yang penting.
"Gue tanya sekali lagi, lo itu siapa dan gimana lo bisa masuk ke kamar gue? Lihat, pintu kamar gue bahkan gue kunci."
Pria itu terlihat menahan tawa gelinya yang Natalie tidak mengerti apa maksud dari responnya itu. Pertanyaan Natalie bukanlah sesuatu yang harus diberi respon seperti itu. Dia juga sedang tidak dalam suasana bercanda.
"Jika aku adalah kau, aku tidak akan menanyakan sesuatu yang sebenarnya tidak perlu kau tanyakan. Bukankah sudah jelas aku adalah Joshep. Aku sudah dua kali mengatakannya. Mengenai aku masuk dari mana, kurasa aku juga sudah mengatakannya, bukan? Aku tinggal di sini, jadi aku tidak perlu pintu untuk masuk."
Ada kerutan dalam yang tercetak di dahi Natalie. Gadis itu membenarkan duduknya di sofa. Dia mencoba mengingat apa yang Joshep katakan. Tinggal di sini adalah sebuah kalimat aneh yang masuk ke indra pendengaran Natalie. Itu seolah kamar Natalie adalah sebuah kos-kosan. Belum lagi, bahasa yang Joshep gunakan itu cukup membuatnya pusing. Joshep seperti gur bahasa indonesiannya.
Natalie berdeham, memecah keheningan beberapa saat itu.
"Jadi, nama lo beneran Joshep?" selidik Natalie lagi. Dia sedikit mendongak karena Joshep yang tinggi itu berdiri di hadapannya.
Joshep mengangguk. "Dan kau adalah Natalie Elf." Kalimat itu bukan sebuah pertanyaan melainkan adalah pernyataan yang semakin membuat Natalie merasa aneh. Dia sempat menduga jika Joshep adalah badan intelejen yang sedang memata-matainya. Tetapi dia harusnya bersembunyi atau melakukan sesuatu dengan sedikit cerdik. Kalupun benar, Natalie tidak merasa sudah melakukan kejahatan akhir-akhir ini.
Kecuali, ibunya dengan senang hati melaporkannya karena sudah melanggar waktu jm tidur malam.
"Terus lo ini siapa dan dari mana? Maksud gue apa lo beneran manusia atau pesulap? Tadi gue lihat lo nembus pintu kamar, seolah-olah pintu kamar itu bukan benda padat."
Natalie baru ingat akan ucapan pria itu yang mengatakan bahwa dia tidak butuh pintu untuk masuk. Apakah Joshep masuk melalui portal atau dia mungkin saja bisa mengubah bentuh tubuhnya? Astaga, pemikiran Natalie jadi kemana-mana.
Joshep mengangkat bahunya tak acuh. "Aku bukan pesulap juga bukan manusia sepenuhnya. Aku adalah hantu. Hantu yang menyukaimu."
Mendengar itu Natalie terkekeh. "Please, jangan bercanda. Gue lagi serius!"
Natalie berkacak pinggang, dia sudah memakai kaosnya, dia tak perlu lagi menutup area dadanya.
"Aku tidak memaksamu untuk percaya padaku. Tetapi setelah kau melihat ini, pasti kau akan memikirkannya lagi."
SPLASH
Tiba-tiba Joshep berada di atas ranjang. Natalie terkejut dan mengucek kedua matanya.
SPLASH
Joshep kembali duduk ke tempat semula.
Astaga .... Natalie sungguh tidak menyangka. Jika Joshep adalah hantu mengapa dia sangat tampan? Memecah presepsinya tentang hantu selama ini.
Terlalu terkejutnya Natalie, sampai dia tak ketakukan dengan fakta bahwa Joshep adalah hantu.
"Sekarang, gue mau tanya, gimana bisa lo jadi hantu? Maksud gue, kenapa gue bisa ngelihat lo? Apa lo mau minta bantuan gue buat nemuin jasad lo?" Itulah yang sering Natalie dengan dari film horor kebanyakan.
Joseph terkekeh, pertanyaan Natalie membuat tawanya pecah. "Apa kau serius menanyakan itu?"
"Iyalah. Masalahnya begini, kalau lo beneran hantu, kenapa gue bisa lihat lo dan lo bisa sentuh gue?"
Joseph menghela napas pelan. Dia berdiri mensejajarkan tinggi mereka. Lalu, dengan tiba-tiba Joshep menuntun Natalie untuk duduk di ranjang. Anehnya, Natalie tidak menolak sama sekali. Kemudian, dengan tiba-tiba pula Joshep menekuk lututnya, dan tiba-tiba Joseph melebarkan kedua kaki Natalie. Hingga membuatnya seolah mengangkangi Joshep.
"WHAT THE---" Buru-buru Natalie merapatkan kedua kakinya. "Lo gila ya?" bentaknya tak terima.
"Bukankah kau ingin tahu?" Joshep menatapnya.
Natalie mengangguk. "Tapi kenapa gue harus ngangkang gini?! Lo tinggal jelasin apa susahnya sih?"
Joseph terkekeh lagi, kedua telapak tangannya memegang lutut Natalie agar kakinya senantiasa terbuka lebar. "Lihat saja dulu, setelah itu aku akan menjelaskan."
Natalie menggigit bibir bawahnya, satu alisnya terangkat, gadis itu tidak tau jika ekspresinya saat ini membuat libido hantu di depannya semakin naik. "Tapi lo nggak bakal apa-apain gue, 'kan? Gini-gini gue masih perawan! Kalau sampai lo macam-macam gue akan bunuh-- eh maksud gue, gue akan laporin lo ke orang pinter supaya lo dimasukin ke botol!"
"Nikmati saja, aku yakin kamu akan menyukainya." Joseph mendekatkan tubuhnya, tangan yang semula berada di kedua lutut Natalie mulai naik hingga ke pinggang gadis itu. Menarik ke bawah celana yang Natalie gunakan.
"Astaga, mau ngapain sih? Harus ya lo buka celana gue kalau mau gue tahu sesuatu tentang lo?!" tukasnya sembari menahan tangan Joshep agar tidak menurunkan celananya.
Tapi Joshep bergeming, dan mengumpulkan tangan Natalie menjadi satu, menguncinya dengan genggaman. Tidak membiarkan Natalie memberontak ataupun menahan tangan Joshep.
Oh s**t! Sialan.
BRAAK
"Gue gak mau! Apa-apaan!" tolak Natalie berdiri di hadapan Joshep.
"Mengapa kau marah? Bukankah selama ini kau selalu menikmatinya? Semalam pun kau menikmatinya, kan?"
Semalam? Natalie mencoba berpikir keras. Kedua alis Natalie bartautan hingga memunculkan kerutan halus di dahi gadis itu.
"Maksudnya? Kita aja baru ketemu hari ini."
Joshep menggeleng. "Tidak. Aku sering melihatnya ketika kau mandi, ataupun berganti pakaian," Jawab Joseph santai membuat Natalie tercengang.
"Jadi, lo?!!"
"Ya, aku sudah lama memperhatikanmu. Maaf, sudah menyentuhmu semalam tanpa menampilkan wujudku. Tetapi tenanglah, aku tidak merenggut milikmu."
"Apa?!!" Tentu Natalie tidak bisa menahan terkejutannya.
"Maaf, Natalie. Kau sangat menggodaku semalam." Joshep berkata tanpa rasa bersalah.
"Nggak! Gue gak bisa biarin! Lo itu hantu yang berbahaya! Seenaknya aja nyentuh orang!!"
"Tidak boleh? Apa kau yakin? Hanya dengan satu jariku saja kau sampai menggoyangkan pinggulmu, semalam. Apalagi jika aku menggunakan milikku, mungkin kau akan bergerak liar," tutur Joshep seolah yakin dengan ucapannya.
Pipi Natalie bersemu merah.
"Kau tidak akan tahu sampa kau mencobanya." Joshep perlahan maju. Natalie mundur hingga dia duduk terjatuh di ranjang.
"Gue akan bener-bener panggil dukun kalau lo macam-macam!" Natalie tidak main-main dengan ancamannya.
Tetapi pria yang katanya hantu ini sama sekali tidak terlihat takut. "Nikmati, saja. Atau kau mungkin pernah melakukannya dengan pria lain?"
Mata Natalie melotot lebar. "Nggak lah! Gila lo! Gue cuma nggak biasa. Gue juga nggak suka dan gak mau! Lagian kenapa gue harus gini sih, maksud---"
"Satu permainan untuk satu jawaban dan pertanyaannya," sahut Joshep cepat.
"Oh s**t! Jadi gue harus serahin kehormatan gue ke lo gitu?!"
"Aku tidak mengatakan itu. Tapi jika kau mau memberikannya tidak apa-apa."
"Nggak!"
"Ya sudah. Setidaknya kita selesaikan ini dulu. Aku yakin kau begitu penasaran denganku."
Natalie menghela napas kasar. Dia menggigit bibirnya, mengetuk kakinya di lantai dan terus memperhatikan Joshep dengan ketakutan yang tampak jelas di matanya. Bukan rasa takut karena Joshep adalah hantu melainkan ini seperti Natalie dikurung dengan pria b***t.
"Mending lo pergi aja atau gue teriak, nih?!" Natalie masih akan terus berusaha. Dia terus mengancam Joshep walaupun hasilnya nihil. Lihatlah, pria itu justru terkekeh. Menganggap perkataan Natalie bukanlah sesuatu yang serius.
"Kau pikir, aku tidak bisa melakukan sesuatu, huh?" Kedua tangan Joshep bersandar di ranjang. Pria itu sedikit mengungkung Natalie. Membuatnya gugup bukan main.
"Tapi janji sama gue, gak akan ada sentuhan antar milik kita? Maksud gue, nggak boleh lebih dan nggak boleh sampai lo ngambil mahkota gue. Deal?"
Joshep tersenyum dan Natalie menganggap itu persetujuannya. Dia harus mencari tahu siapa Joshep sebenarnya karena dengan memanggil orang-orang itu bukan cara yang tepat. Bagaimana jika hanya Natalie yang bisa melihat keberadaan Joshep? Orang-orang bisa menganggapnya gila.
Seperti perjanjian yang sudah dibuat. Joshep mulai melakukan aksinya. Dia turun, duduk di hadapan Natalie yang duduk di tepi ranjang. Kedua tangannya hinggap di lutut Natalie yang terekspos, memberikan gerakan melingkar, memberikan rasa yang anehnya membuat Natalie memejamkan matanya. Tiba-tiba, Joshep menggerayangi area kakinya. Mengusap di sana dan mata Natalie memejam merasakan sesuatu.
"Apa kau ingin lebih?" goda Joseph dan sukses membuat Natalie mengangguk. DIa tak sadar atas apa yang sedang terjadi. Sebuah godaan dari hantu tentu saja selalu berhasil jika seseorang tidak punya pendirian teguh untuk menolak.
"Oke, baiklah ..." Joseph berdiri lalu mengecup singkat bibir tipis milik Natalie, namun Joseph dibuat tersenyum karena gadis itu justru menarik kepalanya dan melumat bibirnya dengan ganas.
***
Masukan cerita ini ke library yuk?
Juga cerita :
Dating With Psychopath
Dua Istri Abu-abu
My Tetangga Is My Husband
Oke, Bos!