Some dinners feed the stomach—others, the soul. And the best kind, feed both. *** Langit Cambridge berganti jingga ketika mereka kembali ke halaman belakang toko. Selepas shalat, persiapan makan malam bersama pun dimulai. Cakrawala kini gelap, namun suasana justru terasa kian hangat. Terang nyaris usai, horizon berubah lagi menjadi merah keunguan. Bangku di meja makan taman yang menghadap ke arah barat masih hangat oleh sisa sorot mentari. Eldra naik ke stepping tertinggi, menatap jauh. Siluet menara kampus tampak dari posisinya, kelam-seolah menyimpan misteri, bak lukisan tua yang ditinggalkan sang maestro sebelum selesai dikerjakan. “Ngapain, Bang?” tanya Andien yang membawa sebaskom new potatoes. “Ini lho, dipanggang.” “Lagi jadi pujangga, Ma,” jawab Eldra asal. Ia mengayun langkah,