116: TESTIMONY

1204 Words

Terkadang, kejahatan tidak membutuhkan senjata untuk membunuh—cukup dengan kata-kata dan tekanan yang mematahkan seseorang dari dalam. *** “Kebayang kan Opa, Oma … kalau Abang datang?” lirih Eldra. Ia menekan sebuah tombol di pengendali jarak jauh untuk menghentikan video sejenak. Wajahnya tampak memerah, menahan amarah dan kebencian. “Bisa-bisa sidang ngga selesai karena Abang nyerang terdakwanya.” Anggara dan Anggita kompak menghempaskan napas. Keduanya saja merasa nyeri mendengarkan setiap kalimat yang dipaparkan. Anggara meraih satu tangan Eldra yang mengepal, menggenggamnya hangat. Eldra mendengus. Punggungnya yang tadinya kaku, kini relax kembali. Ia lalu menekan tombol yang sama dengan sebelumnya, memutar lanjutan video tersebut. *** Saksi ketiga yang dihadirkan pengadilan a

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD