Kebenaran selalu memiliki harga. Pertanyaannya, apakah kau siap membayarnya? *** “Harusnya ngga usah ngantar,” ujar Sofi. “Kamu langsung istirahat aja.” “Langsung kangen yang ada,” tanggap Eldra. Keduanya melangkah di belakang Ian, terpisah beberapa langkah. Malam semakin larut, pelataran parkir dan sekeliling komplek apartemen juga kian terasa sunyi, bahkan suara samar angin yang bertiup melewati gedung bisa terdengar. Eldra berjalan di sisi Sofi, pikirannya masih bergelayut pada rekaman suara ayahnya dan fakta bahwa mereka semakin dalam menyelami permainan berbahaya ini. Bahkan Eldra sendiri tak tau apakah palung masalah ini memiliki dasar. Sofi, yang menyadari beban Eldra, menggenggam tangannya lebih erat. Lalu, mengayunkannya pelan, seperti kebiasaan mereka saat berjalan-jalan di