Pintu lift terbuka perlahan di lantai paling atas yaitu lantai ke enam belas tempat dimana Ellaine tuju sebelumnya, beberapa detik sudah terlewati namun baik Ellaine ataupun lelaki misterius itu tak terlihat melangkahkan kaki meninggalkan lift.
Tangan kanan lelaki misterius itu tiba-tiba saja merogoh sesuatu yang terdapat di saku dalam jaket panjangnya, semua pergerakannya sangat mencurigakan.
“Apa.. apa yang akan dia lakukan?” ucap Ellaine dalam hati.
Tanpa pikir panjang, Ellaine mengayunkan kaki memaksa untuk keluar dari dalam lift. Tak ada pergerakan apapun dari lelaki di belakangnya, ia tak mengejar Ellaine keluar. Pintu lift tertutup kembali, lelaki itu memencet tombol yang menunjukkan lantai dua belas.
Ellaine mulai memahami maksud lelaki itu mengikutinya beberapa hari ini, ia buru-buru menelpon seseorang dan membicarakan sesuatu dengan orang di seberang.
“Halo.. ini aku..” ucap Ellaine pelan.
*****
Lelaki misterius tadi memandang lift yang berada di depannya, lift itu berjalan ke bawah dan hanya naik turun dari lantai satu ke lantai sepuluh. Sudah hampir tiga puluh menit ia memandangi lift didepannya tepat di lantai apartemen ke dua belas.
Di lantai ke dua belas ini hanya ada dua ruangan apartemen yang tentunya hanya di huni oleh dua orang saja. Sangat memungkinkan bahwa kedua ruangan tersebut amatlah besar mengingat mahalnya sewa pertahunnya.
Sesekali lelaki itu memandangi jarum jam yang berdetak sempurna di tangannya, sudah lama sekali ia berdiri tak ada yang harus ia lakukan.
Namun tak berselang lama seseorang naik ke lantai atas, lelaki itu menyoroti dengan seksama angka yang tertera disana.
“Lantai dua belas, aku yakin gadis itu yang akan naik” gumam sang lelaki penuh keyakinan.
Ia berjalan kearah anak tangga untuk menghindari bila Elline memergokinya, lelaki itu bersembunyi sembari terus mengawasi pintu lift. Pintu itu terbuka, namun beberapa saat tetap tak ada seseorang yang terliht keluar dari sana.
“Hei, bung! Kau mencariku?” gertak Ellaine tepat di telinga sang lelaki.
Lelaki itu terkejut bukan main karena Ellaine berdiri sempurna tepat di belakangnya, ia benar-benar tak menyadari bila kehadiran gadis itu sangat sulit di deteksi.
“Hei.. aku ingin tahu kenapa kau mengikuti aku beberapa hari ini?” ucap Ellaine lagi.
Lelaki misterius itu tetap diam saja, ia tak beranjak sedikitpun dari tempatnya. Mata sipit lelaki itu tak henti memandang wajah rupawan Ellaine yang mempesona bila di lihat dari dekat.
“Aku sempat kesulitan menemukanmu tadi, setidaknya hargai usahaku menemukanmu disini dengan menjawab sedikit pertanyaanku”
“Lelaki itu kembali memasukkan tangan kanannya ke saku jaket bagian dalam, ada sesuatu yang akan di keluarkannya dari sana dan hal tersebut tak luput dari tatapan waspada Ellaine.
“What? Do you wanna to shoot me?” tanya Ellaine tanpa ragu “Then do it!” perintahnya lagi tanpa rasa takut sedikit pun.
Tanpa di sangka, lelaki itu mengambil tali otomatis dan menancapkannya pada pegangan tangga di sebelah mereka. Ellaine sangat terkejut karena lelaki itu langsung terjun bebas tanpa memikirkan resiko keselamatannya.
“Heeeeiii!!!! Berhenti, jangan lari kau dasar berengsek!” teriak Ellaine ikut menuruni anak tangga disana.
Ellaine di bantu para pegawai apartemen mencari keberadaan lelaki tersebut di setiap sudut tempat dan basemen namun tidak menemukan hasil. Dari hasil rekaman cctv pun tak ada tanda-tanda lelaki itu melarikan diri menuju basemen.
“Maaf nona, kami kehilangan dia” sesal salah satu dari enam pegawai dan security yang menemaninya.
“Tidak apa-apa, yang penting kalian tidak ada yang terluka” jawab Ellaine ramah.
“Apa pria tadi kenalan anda?” tanya security penasaran.
“Bukan, aku melihatnya mondar-mandir di apartemen ini beberapa hari belakangan. Dia nampak mencurigakan, aku harap tidak ada penghuni yang terganggu olehnya” ucap Ellaine bohong, nyatanya dia sangat tahu lelaki itu mengincar dirinya seorang.
Beberapa menit yang lalu, Ellaine memang sengaja mengubungi pihak pengelola apartemen untuk melihat membantunya menangkap lelaki meresahkan tersebut.
Beberapa menit yang lalu…
“Hei, ini aku Ellaine penghuni lantai dua belas”
“Nona Ellaine, apa ada yang bisa kami bantu?” sahut pegawai di seberang telepon.
“Aku melihat ada pria mencurigakan di sekitar sini dan masuk melewati pemeriksaan petugas keamanan, apa kalian bisa membantuku menangkapnya?” tanya Ellaine saat masih di lantai ke enam belas.
“Baik nona, tolong berikan cirri-cirinya”
“Dia tinggi besar, memakai jaket panjang berwarna hitam, dan pakai syal”
“Kami menemukannya, tepat berada di lantai ke dua belas tempat nona Ellaine tinggal”
‘Apa? Apa yang dia lakukan disana? Apa dia sengaja menungguku kembali ke rumah?’ ucap Ellaine bertanya-tanya dalam hati.
“Nona, kami mohon anda tetap di lantai atas, kami akan segera menangkapnya” ucap pegawai itu sebelum mematikan teleponnya dan memanggil para pegawai keamanan.
Ellaine bergegas turun melalui anak tangga dan mendapati lelaki itu berdiri seperti sedang mengawasi sesuatu. Ellaine yakin para pegawai telah menjalankan rencana untuk menangkapnya, akan sangat sayang bila lelaki ini dengan gampangnya kabur saat para pegawai menggerebek lantai ke dua belas.
Ellaine perlahan melepas sepatunya dan berjalan sangat pelan mendekati lelaki tersebut, Ellaine beruntung karena lelaki itu benar-benar tak menyadari kehadirannya.
*****
“Waduuh, menakutkan sekali. Tapi kamu baik-bak sajan kan? Dia melakukan apa saja setelah bertemu denganmu?” tanya Hans yang ternganga setelah mendengar cerita dari Ellaine, mereka berdua bertemu keesokan harinya di café favorit.
“Dia tidak melukaiku, tapi langsung pergi dengan terjun bebas dari lantai dua belas. Yang lebih aneh lagi, dia langsung menarik tuas talinya dan membawanya kabur, kami kesulitan mencarinya setelah itu”
“Cerdik sekali, buakn? Dia menghilangkan jejak dengan membawa bukti kejahatannya, akan sangat merepotkan kalau polisi sampai menemukan sidik jarinya” sahut Hans menenangkan Ellaine.
“Apa kamu punya masalah dengan seseorang sebelumnya?” tanya Hans lagi sambil melahap sesendok ice cream.
“Aku rasa tidak, aku menghindari konflik nggak berguna” sahut Ellaine dengan mulut penuh ice cream.
“Syukurlah, aku rasa tak ada yang perlu kamu khawatirkan bukan? Aku yakin mantan pacarmu pun tak akan melakukan hal senaif itu”
Ucapan Hans berusan menghentikan gerakan tangan Ellaine yang menyendok-nyendok segelas besar ice cream di depannya. Benar juga, sama sekali tak terpikirkan bahwa lelaki itu mungkin rekan dekat Andre.
“Mana mungkin, aku yakin dia cuma orang iseng yang kebetulan bertemu denganku” sahut Ellaine berusaha menghilangkan bayangan wajah Andre dari otaknya.
“Benar kataku, kan? Sudah jangan terlalu di pikirkan lagi, dia hanya orang iseng. Yang terpenting dia tidak melukaimu, aku bisa pingsan kalau sampai melihat ada luka gores di badanmu, hahaha” sahut Hans dengan suara tawa khasnya.
“Yaah aku yakin dia tak akan berani mondar-mandir di sekitarku lagi setelah aku memergokinya”
“Tapi kamu berani sekali sampai mendekatinya sendirian, bahaya kalau dia sampai melukaimu” kata Hans khawatir.
“Well, aku yakin dia tipe pria yang sering di tolak cewek dan melampiaskannya dengan melakukan hal bodoh di tempat umum” kata Ellaine sambil menyendok penuh ice cream dan memasukkannya ke dalam mulut.
"Menguntit cewek pemarah misalnya, hahaha" gelak tawa Hans sangat keras.
"Kau ini,-"
Ucapannya terhenti saat mata Ellaine tak mampu bergerak ketika melihat sosok yang sangat ia kenali. Tebakan Ellaine benar-benar salah, lelaki yang di kira telah jera untuk mengejarnya ternyata kini tepat berada di samping meja tempat ia duduk bersama Hans.
Lelaki itu menatap tajam pada Ellaine dan bergegas pergi keluar cafe, seakan ia sedang memberikan petunjuk yang hanya mampu di baca oleh Ellaine saja.
“Hans, bukankah kamu harus kembali bekerja setelah jam istirahat berakhir” tanya Ellaine dengan tatapan kosong menuju pintu keluar tepat dimana lelaki itu pergi.
“Wah, aku benar. Kita lanjutkan pembicaraan manis ini nanti malam, bye Elly” sahut Hans sembari berlari menuju mobil.
Ellaine tak melewatkan kesempatan ini, setelah Hans tak terlihat lagi ia bergegas mencari lelaki itu berada di sekeliling café. Ellaine yakin lelaki itu berbelok keaarah jalan kecil pertokoan yang tutup, tepat seperti dugaan Ellaine dia ada disana, di gang sempit antara café dan toko.
“Kau.. katakan apa maumu?” tanya Ellaine
Lelaki itu diam tak menjawab pertanyaan Ellaine, tubuhnya membelakangi Ellaine. Sialnya lelaki itu memakai topi jadi sangat sulit untuk mengenali wajahnya.
“Katakan apa maumu? Kenapa kau mengikuti aku? Apa kau punya dendam terhadapku?” tanya Ellaine lagi.
Sangat sulit mencari tahu keinginannya, Ellaine pun tak bisa sembarangan menuduh orang karena bisa saja dia adalah orang suruhan salah satu dari beberapa CEO yang pernah di kalahkan ayahnya dalam perusahaan obat-obatan untuk suplai ke rumah sakit dan apotek untuk melukainya.
“Aku akan mendengarkanmu, jadi katakan saja apa maumu” ucap Ellaine lagi.
Lelaki itu berbalik dan mengeluarkan pisau lipat berukuran kecil dari saku bajunya, wajah Ellaine mendadak pucat pasi. Tak pernah terpikir olehnya kalau lelaki itu benar-benar akan melukainya di tempat ini.
Tanpa pikir panjang Ellaine berbalik dan lari sekuat tenaga menghindari kejaran lelaki menyeramkan itu, ia melihat ke belakang dan benar saja lelaki itu berlari sangat cepat untuk menangkapnya.
“Kyaaaa..!!” teriak Ellaine saat seseorang menarik tangannya dan membekap mulutnya di samping gedung toko.
“Diam sebentar, atau dia akan menemukanmu” ucap orang di depan Ellaine setengah berbisik.
*****