Mungkin Alika harus mencari tahu sendiri, tentang bagaimana bisa hatinya bersorak gembira hanya ketika Aldra mengecup perutnya sebelum pulang. Apa yang dipikirkan kedua insan itu setelah beberapa minggu lalu mereka membagi racun di antara kata-kata yang terucap dari mulut masing-masing. Ini tidak hanya tentang kemustahilan. Alika begitu senang ketika mendengar apa yang dikatakan Aldra walau itu hanya berlaku sebelum surat cerai menampar wajahnya nanti. Setidaknya dalam waktu singkat ini, biarkan Alika berbahagia bersama racun yang ia semburkan lewat mulut. "Kau bisa gila kalau terus tersenyum seperti itu." Tentu itu bukan suara Alika, itu suara Mimi yang terduduk di kursi kecil yang berada di sudut dekat jendela, menghadap ranjang yang memperlihatkan wajah Alika yang su