100. Pengacau yang Kembali Mengacau

2106 Words

“Perutmu itu ada apanya, sih, Fi? Kok diusap-usap terus?” Pertanyaan dari Bunda membuatku menoleh. Beliau datang membawakan satu piring apel yang sudah dipotong-potong. Beliau menyerahkan satu garpu dan aku segera menerimanya. “Kan ada calon cucunya Bunda. Hehehe!” aku nyengir. “Semalam saking senengnya Bunda, Bunda sampai lompat-lompat, lho. Bunda juga langsung bangunin Ayahmu.” “Maaf, ya, Bun. Semalam jadinya ngerepotin.” “Kamu ini kaya sama siapa aja. Enggak papalah. Jangan minta maaf. Bunda maklum, kok. Kadang emang sekali pengen sesuatu rasanya harus banget. Tapi kadang juga biasa aja.” “Bener, Bun.” Hening sejenak. Aku mulai memakan apelnya. “Ngomong-ngomong, kamu kapan tahu kalau lagi hamil?” “Baru minggu lalu, kok, Bun. Aku ngerasa udah telat haid, makan juga mudah eneg. T

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD