42. Bekas Luka

2102 Words

“Aduuuh! Jam berapa ini?” Aku menggeliat dalam tidurku. Rasa kantuk masih sangat kuat, tetapi sayup-sayup kulihat langit di luar sudah cerah. Aku membuka mata, lalu terdiam. Kini aku sudah berada di kamar. Tidak lagi tidur di sofa seperti semalam. Kamar ini adalah kamar kedua, yakni kamar yang seterusnya akan kugunakan selagi masih penyesuaian hidup bersama Mas Kian. “Kapan aku dipindah? Kok aku enggak sadar?” Aku mengucek mata berulang kali, lalu turun dari ranjang. Entah kenapa, tiba-tiba aku tersenyum. “Awal yang benar-benar bagus. Ternyata Mas Kian memegang omongannya. Dia bisa dipercaya.” Mas Kian cukup konsisten. Sekalipun dia tetap ada modus-nya, tetapi sepertinya dia tidak mengambil keuntungan yang berlebihan. Padahal kalau dia mau, itu sah-sah saja. Ya, meski kalau kasus kam

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD