Lagi dan lagi, saat aku terbangun, apartemen terasa sangat kosong. Aku bangun di kamar Mas Kian sendirian. Aku segera meraih ponsel, nomornya masih tidak aktif. Semua pesanku tak kunjung centang dua. Aku bangkit, lalu menatap diriku di depan cermin. Penampilanku saat ini benar-benar kacau. Mata bengkak, wajah kusut, rambut berantakan. Sungguh mengenaskan! Aku ke kamar mandi sebentar untuk cuci muka dan melakukan aktivitas yang lain. Baru setelah itu, aku keluar kamar dan langsung mengambil salad buah yang ada di kulkas. Salad buahnya masih aman, padahal sudah lewat dua hari. Tidak ada angin tidak ada hujan, tangisku keluar lagi. Aku makan dengan air mata yang terus menetes tanpa henti. Salad buah yang biasanya terasa sangat enak dan segar, jika dimakan ‘bersama’ air mata, rasanya mendad