Permana baru saja selesai menyuapi Luna ketika ponselnya bergetar di meja. Ia menghela napas pelan sebelum mengambilnya. "Ya, Andi?" Dari seberang telepon, suara Andi terdengar sedikit tegang. "Pak, Anda harus segera ke kantor. Ada tamu dari perusahaan besar yang menunggu tanda tangan Anda untuk izin proyek. Mereka tidak bisa menunggu lama." Permana melirik Luna yang sedang menatapnya dengan ekspresi datar. Ia tahu Luna pasti akan menyuruhnya pergi. "Baik, aku akan segera ke sana," jawabnya akhirnya sebelum menutup telepon. Ia kembali menatap Luna. "Aku harus ke kantor sebentar. Tapi nanti aku akan kembali." Luna hanya mengangguk pelan, tidak menunjukkan ekspresi apa pun. "Silakan saja, aku tidak akan kemana-mana." Permana mendesah, merasa ada ketegangan di antara mereka lagi. Ia mer