Bab 22 Taman dan Nostalgia

1034 Words

Siang itu, udara Yogya terasa hangat dan bersih. Langitnya lembut seperti lukisan pastel. Taman kota di dekat Titik Nol mulai dipenuhi pasangan, keluarga, dan anak-anak kecil yang berlarian. Di tengah keramaian itu, Naya justru merasa seperti dunia hanya berisi dua orang. Dia duduk di bangku kayu panjang, mengenakan dress terusan simpel berwarna hijau sage dan jaket jeans tipis. Sepatu kets-nya sudah ia lepas, diletakkan di sisi bangku. Kakinya menyentuh rumput, seolah menyatu dengan damainya suasana. Leo datang dengan dua gelas es cokelat dari kios pojok taman. Langkahnya santai, tapi matanya tak pernah lepas dari wajah Naya yang sedang menatap langit. “Kamu tahu,” katanya begitu duduk di sampingnya, “aku baru sadar Yogya bisa seindah ini kalau bareng kamu.” Naya menoleh. “Klise.”

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD