When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Abang tukang bakso .... Mari-mari sini .... ~oOo~ Seketika gue pengen makan bakso. Walaupun tampilan makanan di sini menggugah selera. Di lidah gue, enggak ada rasanya. Macam ngunyah permen karet yang udah enggak manis. Tapi si Sally lahap banget makannya, yang lain juga sama. Kayaknya cuma gue yang enggak menikmati. Terpaksa deh, gue pura-pura lupa sama rasanya. "Hmm oishi!" Si Sally pake acara nguyup kuah di mangkoknya. Gue jadi kebut makannya, tanpa dikunyah, biar cepet abis. Gue sampe meringis nahan nyeri di perut. Kebanyakan makan kayaknya sih. Kok bisa ya? Padahal kan ini cuma mimpi. Ibu-ibu yang ngeliat gue ngelus-ngelus perut, langsung ngasih segelas air. "Diminum," pinta dia, suaranya lembut banget. Mirip suara emak. Jirrr, gue jadi keinget emak gue. Gimana kalau gue engga