BAB 3

1028 Words
Anna POV Om Javier tidak menyerah mengirimkan pesan padaku. Dia juga masih suka mengirimkan makanan dan menggantungnya di gagang pintuku. "Apa sudah kamu terima makanan yang aku gantung di pintumu" tanya pesan om Javier yang aku iyakan "Syukurlah.. makanlah dengan teratur jangan lupa untuk menjaga kesehatan mu" balasnya kembali "Ya terimakasih untuk perhatiannya. Bisakah om berhenti memberiku sesuatu dan mengirimkan pesan padaku ?!" Balasku yang mulai geram dengannya Tok tok tok Mendengar ketukan pintu kamarku dengan segera aku membukanya menemukan om Javier yang berdiri di sana. Aku memutar mataku kesal. Belum sempat aku menyemprot om Javier dengan amarahku sontak aku terkejut dan menarik lengan om Javier untuk masuk kedalam kamar ku seketika melihat mobil salah seorang tetanggaku berhenti di depan kosan kami. Kini aku sadar betapa bodohnya aku. Kenapa tidak aku dorong om Javier menjauhi kamar ku mengapa justru aku tarik dirinya dan menyembunyikan dirinya di kamarku. Aku hanya memejamkan mataku dengan erat membelakangi om Javier yang bersandar di pintuku. Om Javier justru memelukku dari belakang membuatku berteriak terkejut. Ia memutar tubuhku menciumku dengan tiba-tiba dan mengunci tanganku di belakang menggenggam dengan satu tangannya. Aku yang membelalakan mata mencoba melepaskan genggamannya namun sayang tenagaku tidak sebanding dengannya. Om Javier mendorongku perlahan menggiring tubuh kami hingga ke bibir ranjang. Ia mendudukan ku dan dirinya membungkuk dihadapanku yang masih tidak melepaskan ciuman agresif nya Ia memberiku rasa panas yang tidak pernah aku rasakan sebelumnya. Ia seperti mengerti titik-titik kelemahan tubuhku yang dibawanya ke sebuah kenikmatan hanya dengan jilatannya dan sentuhan satu tangannya "Ahhh.. hhh.." sial aku tidak kuat menahan desahan yang keluar begitu saja dari mulutku membuatnya menyeringai kemenangan Om Javier membaringkan tubuhku mengunci tanganku diatas kepalaku. Ia menghisap dan menjilat putingku yang masih tertutup kain pembungkus dengan sangat rapat. Sial.. padahal tubuhku masih sangat rapi dengan pakaianku yang benar-benar tertutup tapi kenapa badan ini rasanya menegang dengan sentuhan tangannya Javier POV Aku memberikan sentuhan yang sangat aku mengerti dimana letak kenikmatan seorang wanita. Memberikan jilatan dan kuluman di bibir, telinga, leher. Meski pakaiannya masih lengkap namun aku bisa memberikan kenikmatan itu padanya Tubuhku yang memberikan ia sentuhan nikmat mulai ikut dalam suasana itu sendiri. Rasanya jantungku berpacu, fikiran ku sudah tidak bisa aku kendalikan dan tubuhku bergerak dengan semestinya Ahhh... Hhh... Aku sangat menginginkannya saat ini pikirku yang tak berfikir panjang lagi karena Anna pun menerima setiap sentuhan yang aku berikan sekarang. "Mari kita nikmati bersama sayang" batinku yang mulai liar Aku memasukkan satu tanganku kedalam celananya menggesekkan satu jariku di sekitar lubang kenikmatannya membuat Anna terus menggeliat mendesah nikmat. Aku melepaskan bajuku, melumat bibirnya kembali dengan ganas membuat Anna hampir kehabisan nafas hingga tanpa dia sadari aku telah melucuti baju dan branya. "Auhh... Hhh..." Erangnya yang aku tau dia tengah kesakitan dan nikmat karena kedua buah dadanya aku remas dengan sedikit kasar Aku menuntun satu tangannya untuk mengusap milikku yang masih terbungkus kain. "It's okay baby.. nikmati saja" bisikku membuatnya membuang muka malu dan menutup matanya erat seraya mengigit bibir bawahnya. Milikku mulai sesak hingga sudah tidak kuat aku menahannya dengan kain pembungkus ini. aku pun lepaskan kain-kain yang menutupinya. Anna semakin menegang dengan kasar ia menelan ludahnya melihat milikku yang terlihat cukup besar. Aku yang akan melepaskan kain terakhir yang menutupi kenikmatannya sontak ditahannya namun aku kulum bibirnya dan menahan kedua tangannya ke atas kembali dan melepaskan celana nya dengan satu tanganku hingga kini kami sama-sama telanjang bulat Aku terus memberinya sentuhan-sentuhan yang tidak bisa membuat ia menolak. Menggesekkan milikku padanya membuat ia menahan desahannya "Jav" panggil seorang wanita yang aku kenal suaranya Anna yang terkejut langsung mendorongku menjauhinya. Ia menarik selimut yang ada di kasurnya menutupi tubuhnya memungut pakaiannya yang berserakan di lantai. Anna berlari ke kamar mandi dan mengenakan seluruh pakaiannya begitu juga denganku yang memakai pakaian seketika Anna tengah di kamar mandi. "Om kenapa masih di sini.. buruan pergi dicariin istrinya itu" ucap Anna yang ketakutan membuatku tersenyum lepas Aku menarik lengannya untuk duduk di pangkuanku memeluk Anna dari belakang dan meletakkan daguku di pundaknya "Kamu mau kita terang-terangan ke tante Irene" bisik tanyaku membuat dia menoleh padaku dengan bingung "Kalau aku keluar sekarang dan tante Irene tau aku di sini bagaimana ?? Apa tidak membuatnya semakin curiga mengenai hubungan kita" terangku "Hubungan kita? kita tidak memiliki hubungan apa-apa kali" ketusnya padaku "Ouh ya.. setelah tadi apa kita tidak memiliki hubungan sayang" rayuku sontak ia menutup matanya rapat Aku mengubah posisi Anna untuk menyampingiku menyisir rambut yang menutupi wajahnya perlahan bibirku mendekat padanya mencium bibirnya dengan lembut. Anna menutup matanya dengan rileks membuatku menyeringai. Anna menenggelamkan wajahnya di pundakku seketika aku hentikan ciuman kami Aku mengajaknya berbaring di kasurnya. Anna yang awalnya menolak aku coba yakinkan bahwa ku tidak akan melakukan hal lebih dan ia pun menganggukannya. "Apa yang membuat om suka padaku ?" Tanya Anna yang berbaring dan berada di pelukanku "Kamu gadis yang menarik.. kamu selalu tersenyum pada setiap orang yang kamu temui.. juga memiliki hati yang tulus" terangku seraya membelai wajahnya "Ouh ya" singkat Anna yang memainkan jari-jarinya di dadaku dan aku dehumkan "Boleh aku minta sesuatu" tanyaku dianggukan Anna "Jangan memanggilku om saat kita berdua" pintaku "Lalu aku harus memanggilmu apa" tanyanya "Terserah kamu saja" "Apa om mau aku panggil sayang" ucap nya yang menekankan pada kata 'sayang' nya "Tentu.. aku akan sangat senang jika kamu lakukan" jawabku membuatnya tersenyum lepas Anna menanyakan mengenai hubunganku dan Irene. Aku pun menjelaskannya dengan senang hati. Aku menceritakan awal mula bertemu dengan Irene di sebuah club malam tempat Irene bekerja sebelumnya. Anna menanyakan padaku alasan ku tinggal bersama Irene sedangkan kami belum menikah. Dia juga menanyakan alasanku tinggal di Kosan bersama Irene sedangkan aku seorang Manager Maskapai penerbangan. Aku dan Anna bercerita banyak kali ini. Hampir dua jam aku di kamar Anna dan tidur bersama di ranjangnya. Sesekali aku mencium bibirnya merasakan nikmat bibirnya membuatku terkadang berfikir untuk segera menyantapnya malam ini namun aku tidak ingin memaksakan Anna yang masih enggan denganku. Hingga jam menunjukkan pukul 1 malam. "Sudah sepi.. om bisa keluar" katanya setelah memastikan kondisi diluar kamar Aku mencium Anna dengan sangat intim sebelum aku keluar dari kamarnya "I love u.. senang bisa memilikimu" ucapku sebelum keluar dari kamarnya dan membuat Anna tersenyum lebar
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD