"Dia datang saat aku masih di Jakarta, saat kamu menelepon pagi itu dan beberapa minggu lalu di apartemenku" sita menurunkan suaranya tapi arsya jelas mendengarnya "s**t!" Sita mendengar Arsya mengumpat "kamu sembunyikan ini, sita? Ya, oke dia datang! Lalu apa, ta?" wajah Arsya kian memerah, garis wajah mengeras "apa yang dia mau dari kamu? Dia boleh saja datang tapi dia tak ada hak apa pun lagi terhadap kamu! Kamu sekarang bersamaku! Lelaki itu sudah kehilangan kesempatan bertahun-tahun lalu setelah meninggalkan kamu!" kata-kata Arsya entah mengapa terdengar menyakitkannya, mata sita langsung memanas dan air matanya keluar. Arsya berdiri, berkacak pinggang sesekali mengusap wajahnya kesal "b******k! Dia sudah menyakitimu, lalu maunya apa? b******n itu tidak tahu diri! Seharusnya dia