13

2017 Words

Saat aku pulang ke rumah, bang Izul menyalamiku. Dia berterimakasih karena sudah mengirim tukang untuk memperbaiki kran kamar mandi yang rusak. Padahal aku nggak melakukan itu. Pasti Yuby, begitu pikiranku. Jadi, aku mengirimkan pesan singkat yang berisikan ucapan terimakasihku pada si bayi. Biasanya, dia segera membalas pesanku, tapi pesanku kali ini bahkan nggak dibaca. Dia kemana? Aku melirik jam tanganku, jam tiga sore. Harusnya jam segini, dia sudah di rumah. Aku saja yang kelas 12, udah di rumah. Masak dia yang SMP belum? Aku penasaran, tapi terlalu gengsi untuk menelponnya lebih dulu. Lagipula, bukan urusanku dia mau kemana. Toh aku akan segera bertemu dengannya nanti. Aku ada jadwal mengajarnya hari ini. Walau si nyonya besar tiba-tiba mengubah jadwal yang harusnya sore menjadi m

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD