"Baru saja kau pulang, mau pergi kemana lagi sayang?" "Eh?!" Barbara menggaruk lengannya yang tidak gatal. Dia pikir, Aarav tidak ada di rumah karena suaminya itu tidak terlihat batang hidungnya. "Itu, aku harus pergi. Ada urusan yang tidak bisa aku tinggalkan." "Urusan apa?" "Ada pokonya." "Ini sudah malem. Apa kau tidak merasa lelah? Dan lagi kau tidak takut terjadi sesuatu padamu?" Barbara memutar bola matanya. Sebelum hidup satu atap bersama dengan Aarav pun dia sudah sering kelayapan. Bahkan sampai menjelang subuh pun tidak ada masalah. Barbara menghargai Aarav sebagai suaminya. "Tidak masalah, masih ada beberapa orang yang lewat tengah malam." Aarav berdecak, matanya meneliti penampilan istrinya. "Beristirahat terlebih dulu, baru setelah itu kau bisa pergi lagi. Kau mas