kecelakaan

1549 Words
“Caca, permainan telah dimulai. Ini masih permulaan. “ Bisik Linda saat melewati tubuh Caca. Tanpa terasa, air mata Linda menetes begitu saja. Sungguh sakit hati rasanya, sudah tidak dihargai keberadaan atau posisinya sebagai istri dah, sekarang makan siang yang ia buat dengan sepenuh hati juga tidak dihargai. “Kemana janji dan sumpahmu dulu. Berjanji pada kedua orang tuaku untuk membahagiakan dan menjamin hatiku tidak akan tersakiti. “ Gumam Caca dalam hati bersamaan dengan derasnya air mata yang membasahi wajah cantiknya. Dengan langkah yang diiringi dengan luka mendalam, Caca memberikan rantang makanan itu pada satpam, dan langsung pulang setelah mendapatkan kata terimakasih dari satpam tersebut. Caca pun kembali pulang ke rumah, dan melamun hingga tidak sadar hari yang semakin sore. Caca melihat jam di pergelangan tangannya, dan sebentar lagi Juna akan pulang. Caca masuk ke kamarnya dan membersihkan diri. Setelah itu, Caca menyiapkan makan malam untuk dirinya dan juga Juna. Setelah selesai menyiapkan makan malam, Caca menunggu Juna pulang. Caca mencoba untuk sabar dan memperlihatkan wajah senyumnya saat melihat Juna pulang, guna menyambut kepulangan sang suami, agar penat sang suami sedikit ringan. Juna tersenyum melihat wajah Caca yang sudah tidak dingin lagi. “Bagaimana kerjaan di kantor? Lancar? “ tanya Caca seraya membantu Juna membuka jasnya. “Lancar. Wahh, makan sudah siap. “ Jawab Juna yang diakhiri dengan wajah bahagianya saat melihat hidangan yang sudah Caca siapkan. Meski Caca sudah hamil besar, tapi Caca masih sanggup untuk masak sendiri tanpa bantuan pelayan. “Aku sendiri yang buatin makan malam buat kamu. Ayo, makan. “ Kata Caca seraya mengajak Juna untuk makan Malam bersama. Dengan wajah senangnya, Juna langsung melangkah dengan memeluk Caca dari samping menuju ke meja makan. Caca mulai melayani Juna dengan mengisi piring Juna dengan nasi dan lauk yang menjadi kesukaan Juna. Baru saja Juna ingin melahap makanan yang ada di depannya, ponselnya berdering. Juna pun mengeluarkan ponselnya dari saku celananya, dan melihat siapa yang menghubunginya. Degh. “Linda… Lirih Juna pelan saat melihat Linda menghubungi dirinya. Dengan gerakan pelan, dan ragu-ragu, Juna menggeser tombol hijau untuk menerima panggilan masuk dari Linda. “Halo, Linda… “Hem, sesuai dugaan. Pasti Linda yang menghubungi Juna. “ Gumam Caca dalam hati yang sempat menduga kalau orang yang menghubungi Juna itu adalah Linda. Memangnya siapa lagi yang menghubungi Juna di saat waktu yang penting seperti makan malam saat ini. “Halo, Kak Juna. Bisa datang ke rumah nggak, aku takut, di rumah lampu tiba-tiba mati! “ kata Linda dengan suara yang terdengar sangat ketakutan, membuat Juna langsung merasa khawatir pada Linda. “Tenang dulu. Aku akan segera ke sana. “ Ujar Juna yang langsung mematikan sambungan teleponnya. “Sayang, aku pergi dulu ya. Linda lagi ketakutan. Dia hanya sendirian dalam keadaan gelap. “ Ujar Juna yang langsung berdiri dan keluar tanpa harus menunggu respon dari Caca terlebih dahulu, seperti orang yang tidak peduli apakah Caca memberinya izin atau tidak. “Baru juga baikan karena aku menahan marah, hanya sekali panggilan dari Linda, langsung hilang momen bahagia tadi. “ Gumam Caca merasa Linda merusak momen bahagianya dengan Juna. Caca memejamkan matanya dengan kuat, dan kembali membuka matanya dengan mata yang sudah terlihat merah. Caca bertanya-tanya, sampai kapan hubungan tidak biasa ini terus berjalan, dimana yang semestinya diperhatikan oleh Juna itu adalah dirinya, bukan Linda yang statusnya hanya sebatas sahabat saja, terlebih saat ini Caca sedang mengandung keturunan Juna, tapi sepertinya Juna memprioritaskan Linda dibandingkan dengan darah dagingnya. Caca pun terpaksa makan malam sendirian. Jujur saja Caca sedang tidak bernafsu, tapi Caca tetap memaksakan diri untuk makan karen Caca masih sayang dengan kesehatan tubuhnya. Setelah Caca selesai makan secara terpaksa, Caca pun ke kamarnya, dan kembali termenung. Entah apa Caca harus menyesal atau tidak dengan keputusannya untuk menikah dengan Juna, yang jelas, sekarang Caca dapat merasakan yang arti dari tidak dihargai. “Sudah jam 10. Sepertinya, Juna tidak akan pulang. “ Gumam Caca setelah melihat jam sudah jam 10.00 malam, tapi Juna tidak pulang. Akhirnya Caca memutuskan untuk pulang tanpa harus menunggu Juna. Tidak berselang lama Caca tidur, Juna pun datang. Juna menatap ke arah ranjang dimana Caca berada. Juna naik ke atas ranjang dan mengelus kepala Caca dengan lembut. “Maafkan aku, Sayang. “ Bisik Juna pelan dengan tangan yang masih mengelus kepala dan juga lengan Caca dengan lembut. Entah kenapa, Juna jadi merasa menyesal karena meninggalkan Caca sebelum selesai makan malam. Juna menyusul Caca tidur dengan posisi memeluk Caca dari belakang. Keesokan paginya, Caca bangun lebih dulu. Caca hanya diam saja saat merasa ada sebuah tangan yang tengah memeluknya dari belakang. Caca tidak mengerti, apa ia harus merasa bahagia saat bangun pagi masih diberi kesempatan melihat sang suami, atau justru malah sebaliknya karena perhatian sang suami pada wanita lain yang tak biasa. Yang jelas, Caca berharap ia bisa mengambil tindakan yang tidak mengundang dirinya menyesal. Dengan perlahan Caca menjauhkan tangan Juna, lalu turun dari ranjang dan menuju ke kamar mandi. Setelah selesai membersihkan tubuhnya, Caca turun dan memberi perintah pada pelayan agar menyiapkan sarapan untuk Juna. Para pelayan sempat tertegun saat mendapat perintah untuk membuatkan sarapan untuk sang tuan, pasalnya selama mereka bekerja, untuk makanan sang tuan akan Disiapkan langsung oleh sang nyonya, dan ini pertama kalinya sang nyonya meminta mereka untuk menyiapkan sarapan untuk sang tuan, hingga membuat para pelayan heran. Namun meski begitu, para pelayan tetap menuruti setiap perintah dari sang majikan. Setelah sarapan sudah disiapkan oleh pelayan, Caca sarapan lebih dulu tanpa menunggu Juna. Setelah Caca selesai sarapan, Caca kembali ke kamarnya karena Caca ingin menyendiri terlebih dahulu. Juna baru bangun dari tidurnya. Juna menatap Caca yang sedang duduk di sofa tanpa melihat ke arahnya. Juna pun juga tidak begitu mempermasalahkannya. Juna masuk ke kamar mandi dan membersihkan diri, lalu memakai pakaian formalnya setelah selesai membersihkan tubuhnya. “Gak nyiapin sarapan? “ tanya Juna saat melihat Caca masih diam saja. “Sudah disiapkan. Sarapan aja, setelah itu baru ke kantor. “ Jawab Caca datar. Juna langsung keluar dari kamarnya dan menuju ke ruang makan. Tanpa banyak bertanya, Juna langsung menyantap makanan yang sudah tersedia di meja makan. Baru saja Juna mengunyah suapan pertamanya, Juna sudah melepehnya dan membuangnya ke sembarang tempat. “Kenapa, Tuan? “ tanya salah satu pelayan yang memang setia berdiri di dekat meja majikan saat makan, karena takut sang majikan membutuhkan sesuatu, agar tidak perlu repot-repot memanggil. “Kenapa rasanya tidak seperti biasanya? “ tanya Juna dingin “Karena biasanya nyonya yang masak. Hari ini, nyonya memberi perintah agar kami menyiapkan sarapan untuk anda. “ Jawab pelayan tersebut yang membuat Juna langsung berdiri dan melangkah dengan langkah lebarnya menuju ke kamarnya. Brak “Caca, kenapa kamu tidak menyiapkan makanan buat aku? Sejak kapan kamu tidak memperdulikan tugas sebagai istri! “ teriak Juna marah. Caca yang memang sudah lama menahan amarahnya langsung melempar buku majalah yang ia baca tadi secara kasar, lalu mendekati Juna. “Apa aku wajib menyiapkan makanan untuk suami yang tidak pernah menyentuh masakan istri? Kamu tanya sejak kapan aku tidak memperdulikan tugas sebagai istri? Kamu sadar gak dengan pertanyaan kamu itu! Apa perlu aku menyiapkan makanan yang tidak pernah kamu hargai? Apa perlu aku memikirkan tugasku sebagai istri di kala kamu tidak memperdulikan tugasmu sebagai suami! Apa kami sudah bisa melakukan tugas mu sebagai seorang suami! Apa selama ini kamu menghargai semua kepedulian aku sama kamu! Tidak kan! Semua yang aku lakukan, pengorbanan ku sirna hanya seorang Linda. Bagi kamu, hanya Linda, Linda dan Linda! “ ujar Caca panjang lebar dengan nada tingginya, hingga berhasil membungkam mulut Juna. Caca mundur dengan langkah sempoyongan, dan menangis sesenggukan. Juna yang melihat Caca menangis sesenggukan langsung mendekati Caca, dan memeluk Caca dengan sangat erat. “Sayang, maaf. “ Hanya kata itulah yang keluar dari bibir Juna. Caca hanya diam saja. Cukup lama mereka berdua saling diam, hingga Juna kembali membuka suara. “Sebagai permintaan maaf aku, aku mau ngajak kamu nonton. Mau nggak? “ kata Juna yang ingin mengajak Caca nonton. Juna berharap ia berhasil membujuk Caca agar mau memaafkan dirinya. Jujur saja sebenarnya Caca bukannya luluh, hanya saja, menurut Caca, tidak ada salahnya memberi kesempatan kedua pada Juna. Akhirnya mereka pun memutuskan untuk nonton. Saat ditengah perjalanan menuju ke bioskop, Caca merasa heran saat Juna menghentikan mobil. “Sayang, ada Linda. Gak papa ya kita tampung dia. Katanya dia mau ke resto di depan, “kata Juna meminta persetujuan dari Caca. Caca hanya menganggukkan kepalanya pelan, memberi izin. Dengan cepat Juna berpindah duduk di depan bersama supir, sedangkan Caca duduk bersama Linda. Suasana di dalam mobil hanya hening. Tak ada percakapan, baik itu dari Caca maupun Linda. Belum sampai ke tempat yang menjadi tujuan mereka, mobil jadi oleng karena ada sebuah mobil truk yang melaju dengan kencang, hingga membuat supir Juna kehilangan kendali, dan tidak bisa menghindari sebuah benturan dengan truk besar tersebut. Brak “Aaa!!! Semua yang ada di dalam mobil berteriak, tak terkecuali Caca dan Linda, karena kebetulan truk itu menabrak bagian body mobil Juna, hingga bagian kursi belakang yang sangat mengenaskan. Juna menoleh ke belakang, di belakang terlihat banyak cairan merah yang keluar dari kepala kedua wanita yang tak lain adalah Caca dan Linda. Juna bingung siapa yang lebih dulu ia selamatkan diantara Caca dan Linda. “Juna, tolong… Lirih Caca pelan saat merasakan sakit pada perutnya, terlebih kakinya sudah dipenuhi oleh cairan merah yang berasal dari kehamilannya. Saat Juna ingin menolong Caca, Linda memanggil Juna. “Kak Juna… sakit…
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD