85. Selamat Tinggal, Dubai!

2536 Words

Aku menelan ludah menatap masakan mie instan yang baru saja matang, yang kini sedang dipindahkan Mas Dhika ke dalam mangkuk. Demi makan ini, tadi sore kami ke supermaket untuk membelinya. Mie Instan Indonesia, tetapi versi Dubai. Entah bagaimana rasanya, setelah ini akan kami coba. Untungnya, di kamar kami dilengkapi alat masak meski terbatas. Tidak masalah, Mas Dhika yang pandai dengan segala peralatan masak, bisa menggunakannya dengan baik. “Udah enggak sabar, Sya?” “Iya. Makin laper soalnya.” Mas Dhika meletakkan mie instan di atas meja, lalu aku segera menyusulnya. Seperti biasa, mie instan buatan Mas Dhika selalu sukses membuatku menelan ludah banyak-banyak. “Markicob!” aku membenarkan ikat rambutku, lalu menggulung lengan kemeja Mas Dhika yang kepanjangan di tanganku. Mas Dhika

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD