Sudah empat hari Alia demam disertai muntah-muntah. Nafsu makannya menurun drastis dan rewel terus-terusan. Aku sudah membawanya ke dokter di klinik terdekat dan Alia sudah kuberi obatnya. Demamnya memang turun setelah minum obat tersebut, namun tiga jam kemudian demamnya akan meningkat lagi, dan begitu seterusnya. Saat ini, Alia sedang tidur, setelah satu jam menangis tiada henti. Aku hanya memandanginya sembari mengusap air mataku. Sesak sekali rasanya, ketika menyaksikan anak sendiri sakit. Selain batinku tersiksa, fisik juga dihajar habis-habisan karena aku mengurus Alia seorang diri. Oh tidak, aku sedang tidak mengeluh karena harus membesarkan Alia seorang diri. Ini bagian dari karmaku, karena telah mengkhianati Wisnu dan Semeru, bukan? “Putik, ini aku.” Suara Swastika mengetuk pint