“Ayo, Alia, salim sama Kakek Damar.” Bhumika berkata pada sang putri untuk menyalami ayah kandungnya. “Kakek Damar ini, papanya ayah. Kalau Kakek Sasonko, papanya Kakek Damar,” terang Bhumika pada Alia yang sepertinya kebingungan. “Alia apa kabar?” tanya Damar pada cucunya. Akhirnya, ia bisa bertemu dengan sang cucu secara langsung. Ternyata Alia benar-benar mirip dengan putranya. Cantik, bermata indah. “Alia baru sembuh, Pa. Habis demam.” Bhumika yang menjawab pertanyaan sang papa. “Sini, duduk sini sama Kakek.” Damar menggeser tubuhnya untuk memberi ruang pada Alia agar duduk di antara dirinya dan Bhumika. Meski malu-malu, Alia menurut duduk di antara sang ayah dan kakeknya. Ia menatap bergantian pada wajah Damar, Bhumika lalu pada Kakek Sasonko yang duduk di seberang mereka. “Pap