Mobil terus melaju di jalanan. Suasana di dalam hening. Baik Berlian maupun Mahesa keduanya larut dalam pikirannya masing-masing. Hening di dalam mobil seketika pecah oleh suara Mahesa yang pelan namun berat. “Aku takut, Lian …” katanya tiba-tiba. Berlian menoleh sekilas, kaget. “Takut? Takut apa, Mahesa?” Mahesa menatap ke depan, suaranya lirih. “Kalau… aku benar-benar seorang polisi, dan ternyata bukan pria baik seperti yang kamu pikir selama ini. Kalau semua yang kutakutkan benar, dan aku memang pernah melakukan kesalahan besar … kamu akan tetap ada di sini? Atau kamu akan menjauh dariku?” Berlian mencengkeram kemudi lebih erat. Hatinyanya bergetar mendengar kata-kata Mahesa—ada ketulusan dan ketakutan yang dalam di baliknya. “Mahesa …” gumamnya, menahan getar suara. “Aku nggak t