Aroma tumisan bawang putih dan cabai menguar lembut dari dapur, menyusup masuk ke kamar Mahesa yang masih diselimuti sunyi. Berlian sibuk di depan kompor, wajahnya tenang meski semalam adalah malam yang paling gila dalam hidup mereka. Tangannya lincah menumis sayur sawi dengan telur, menyiapkan nasi goreng sederhana kesukaan Mahesa. Mentari pagi menembus jendela dapur, memantulkan cahaya hangat ke wajah Berlian yang tersenyum pelan saat mendengar suara langkah dari lorong kamar. Mahesa muncul, rambut masih acak-acakan, mata sembab tapi penuh kelegaan. Ia memandangi punggung Berlian sebentar, lalu mendekat dan memeluk dari belakang. “Pagi,” bisiknya di dekat telinga Berlian. “Pagi, kamu lapar?” “Lapar, tapi aku ingin makan kamu,” jawab Mahesa dengan senyum nakal. Berlian mencubit le