Mahesa menatap layar laptop yang kini membeku, tak bergerak sedikit pun. Kursor diam di sudut kanan atas, dan tombol apa pun yang ditekan tak menghasilkan reaksi. Jantungnya berdetak cepat—bukan karena rasa panik yang biasa, tapi karena ada beban moral yang berat. “Aku janji menjaga laptop ini … bahkan kalau perlu pakai nyawa,” gumamnya, mengingat kata-katanya sendiri kepada Hayu tadi siang. Ia menarik napas panjang, mencoba menenangkan pikirannya yang mulai kacau. Mencoba untuk tetap tenang. Perlahan, ia menutup mata, mencoba mengingat … sesuatu. Dan anehnya, entah dari mana, jemarinya mulai bergerak sendiri. Ia menekan kombinasi tombol tertentu di keyboard—tepat, cepat, dan presisi. Layar tiba-tiba menjadi hitam sesaat, lalu menyala kembali. Sistem seperti melakukan reset ringan. Apli