Pagi yang cerah. Raila menggeliat pelan. Hari minggu pagi seperti ini memang sangat enak untuk bermalas-malasan di atas kasur. Sudah jam 6 pagi. Raila turun dari ranjangnya dan membuka jendela. Di bawah sana mulai ramai orang yang berlalu lalang. Kebanyakan yang sedang lari pagi.
Dani juga tadi mengajaknya. Tapi hari ini Raila memilih diam di rumah. Ia ingin menikmati pagi yang tenang ditemani drakor kesayangannya.
Ngomong-ngomong, perutnya mulai terasa lapar. Raila keluar dari kamar. Ia membuka lemari es dan mengambil beberapa jenis buah. Raila memotongnya kecil-kecil dan ia letakkan di atas piring. Menikmati potongan buah sambil nonton sepertinya ide bagus.
Kakinya ia selonjorkan di atas sofa. Jam segini Dani belum pulang. Raila menebak, mungkin pria itu sedang sarapan di luar? Ah atau sedang ngobrol dengan sesama pelari? Tapi kemungkinan yang kedua rasanya mustahil. Mengingat Dani yang jarang ada di apartement. Pria itu juga bukan tipe yang mudah akrab dengan orang asing.
Aish, atau jangan-jangan Dani bertemu Salsa? Ya bisa jadi. Gadis centil itu kan senang menguntit Dani kemana-mana. Semua tempat yang biasa Dani kunjungi pasti ia datangi. Alasannya kebetulan lah, atau punya hobi yang sama lah, halah, modus!
Raila mengigit potongan buahnya dengan sekuat tenaga. Mengingat gadis centil itu membuat moodnya menjadi buruk.
Ponselnya bergetar. Raila bangkit dan mengambilnya.
Satria.
"Ya, hallo?"
"Kamu lagi sibuk gak?"
Raila duduk kembali di sofa dan menyuapkan lagi buahnya.
Tanpa sadar, Dani sudah kembali dari lari paginya. Ia mengambil air mineral. Saat mendengar Raila yang sedang berbincang, Dani mendekat ke sumber suara.
"Kamu emang bisa berenang?"
Dani mengendap-endap dan mendengarkan perbincangan Raila dengan seksama. Ia bersembunyi di balik pintu dapur. Sepertinya gadis itu sedang menerima telepon dari seseorang.
"Boleh, jam 9an lah, aku belum mandi," Raila masih anteng berbicara dengan ponselnya.
Kening Dani berkerut, Raila akan pergi? Ke mana? Dengan siapa? Ah k*****t! Pasti dengan si jelek Satria!
"Oke, di kolam renang biasa ya? Sip, oke!"
Raila bangkit dan membawa piring kosong ke dapur.
"Mau kemana kamu?"
"Aduh, Bos ngapain di situ? Ngagetin aja tahu gak?"
Raila mengelus dadanya pelan. Dani datang tanpa suara sama sekali. Atau dirinya yang keasyikan nelpon ya? Entahlah!
"Saya tanya kamu mau ke mana?"
"Bos, denger ya, kan Anda tahu, orang kalo punya pacar di hari Minggu biasanya ngapain?"
"Pacaran?" Dani menatap tak percaya pada Raila.
"Ck, ya iya lah, punya pacar tuh diajak jalan. Bukan dianggurin terus."
Dani mendengus kesal.
"Hah, kamu benar! Saya juga punya pacar. Oh ya, saya hari ini mau berenang lho sama Salsa?" ucap Dani tiba-tiba.
Raila membalikkan badan menatap Dani. Keningnya berkerut.
"Bos gak nguping kan?"
"Apa? Tidak, kayak gak ada kerjaan lain saja saya nguping. Saya memang berencana ke sana kok, memangnya kamu mau ke mana?" tanya Dani dengan wajah polosnya.
Raila mendengus, lalu meninggalkan Dani sendiria.
"Saya kira Bos sudah tahu semuanya!" jawab Raila tanpa menoleh lagi ke belakang.
Dani memutar otaknya. Menebak kira-kira kolam mana yang akan dikunjungi Satria dan Raila, ya?
Senyum Dani mengembang, sebuah ide melintas di kepalanya. Dan kesalahan Raila adalah selalu menyimpan ponselnya dekat televisi. Dengan mudah Dani segera mengambilnya. Ah gadis itu benar-benar ceroboh. Masa ponsel sendiri saja tidak pake sandi pengaman? Haha, baguslah! Dani menyeringai menang.
Setelah selesai, buru-buru ia kembali ke kamarnya lalu segera menghubungi Salsa.
***
"Ayo, La! Turun!" ajak Satria saat dirinya sudah masuk ke kolam.
"Gak ah, aku nungguin di sini aja," jawab Raila sambil sesekali mengambil gambar dirinya sendiri.
"Weh, kalian ke sini juga?" Seseorang menyapa mereka. Salsa, dengan suara manjanya yang khas menghampiri Raila yang duduk di pinggir kolam.
Raila nampak terkejut, pasalnya di belakang Salsa, Dani mengekor dengan tersenyum miring ke arah Raila. Ah bukan tersenyum miring, tepatnya seperti mengejek Raila.
"Kamu ke sini juga?" tanya Raila masih dengan nada herannya.
Salsa tersenyum senang, ia melirik Dani lalu mengangguk.
"Iya, Dani ngajak aku berenang. Dia bilang, biar aku sehat gitu. Harus banyak olahraga, perhatian banget kan ya?"
"Ah iya, kamu benar," jawab Raila. Tanpa sepengetahuan Salsa, Raila mendelik tajam ke arah Dani. Pria itu hanya cengengesan sambil mengangkat bahu.
"Sayang, ayo turun!" rengek Salsa dengan nada manja.
"Ah, aku di sini saja," Dani menolak halus.
"Kok gitu sih? Ah, gak seru!" Salsa memajukan bibirnya ke depan.
"Aku di sini kan jagain kamu. Kali aja kamu butuh sesuatu gitu. Nanti aku ambilkan," jawab Dani lagi.
"Ih, kamu baik banget deh! Makasih!"
Salsa langsung berenang ke tengah.
"Bos, nguping saya ya?"
"Nguping apanya?"
"Iya, nguping saya saat di apartemen kan?"
"Enggak, enak saja!"
"Kok tahu saya ke sini?"
"Saya ke sini bukan karena kamu. Jangan GR! Entah kenapa rasanya pengen ke sini aja. Ah, ternyata ada kalian juga di sini. Haha, kok bisa ya kita sepikiran?"
Raila hanya menggeleng. Dasar bos aneh!
"Sayang, mau minum dong!" Salsa menepi dan membuka kacamata renangnya.
Dengan ogah-ogahan Dani menyodorkan air mineral pada Salsa.
"Makasih!"
Salsa kembali ke tengah.
"La," ucap Dani selepas Salsa pergi.
"Ya?"
"Kamu apa gak ada kepikiran buat putusin Satria gitu?".
"Hush, ngomong jangan sembarangan! Doain gak bener ya?"
"Ya coba aja kamu pikir, kamu pacaran sama Satria. Sementara kamu tinggal sama saya yang jelas-jelas jauh lebih tampan dan lebih kaya dari dia!"
"Jangan narsis!"
"Beneran kok, saya lebih keren dari dia!"
"Siapa bilang?"
Salsa kembali menepi, "Sayang, fotoin dong!"
Dani menghembuskan nafasnya kasar, ganggu aja!
"Galeri penuh!"
"Ish, kok gitu sih, Yang?"
Dengan terpaksa Dani mengambil foto Salsa yang sedang berenang.
Salsa tersenyum senang, lalu ia naik ke pinggir kolam.
"Handuk, dong!"
Sial, Dani merutuki ucapannya sendiri saat bilang akan memberikan apapun kebutuhan Salsa saat ini.
Dani bangkit dan mengambilkan handuk.
"La, kamu udah makan belum?" tanya Dani.
"Belum," jawab Raila singkat.
"Yang, kok aku gak ditanyain?"
"Kan aku udah tahu, Sayang. Kamu belum makan. Nah kalau Raila aku gak tahu. Siapa tahu kita bisa makan bareng ya kan?" jawab Dani.
Salsa cemberut. Menyebalkan sekali! Ekor matanya melirik Raila yang masih anteng dengan ponselnya. Gadis itu nampak mengerutkan kening. Lalu menghembuskan nafas berkali-kali.
"Ada apa, La?" tanya Dani.
"Tidak ada," jawab Raila pelan. Wajah gadis itu nampak lesu.
Dani tidak tahu apa yang dipikirkan Raila. Dulu, ayahnya sering berjudi. Tapi bukankah hutang-hutang ayahnya itu sudah lunas?
Ya, Raila memang menyembunyikan semuanya. Ia tak mau membebani Dani lagi. Pria itu sudah banyak membantunya dulu. Andai ayahnya bisa berubah.
"Kita makan abis ini ya, La?" ucap Dani. Ia tak tahu apa yang harus ia lakukan untuk membuat Raila merasa lebih baik. Biasanya, saat Raila berwajah muram, ada masalah lain yang sedang ia hadapi.
"Saya belum lapar," jawab Raila tanpa mengalihkan tatapannya dari ponsel.
"Ck, Dani-ku sayang, Raila kan makan sama Satria, kita makannya berdua aja ya?"
Dani tidak menjawab, ia masih terus berusaha membujuk Raila. Ia yakin, Raila belum makan sama sekali. Hingga ia menyerah. Membiarkan Raila tenggelam bersama pikirannya.
Salsa kesal, dan saat melihat Dani malah anteng memperhatikan Raila yang sedang duduk di tepi kolam sambil terkantuk-kantuk, ide gila Salsa muncul.
Ia sengaja mengagetkan Raila hingga Raila tercebur ke kolam.
"Awas tikus, La!!" teriak Salsa.
Raila yang sedang duduk menahan kantuk, tentu saja terkejut.
"Mana?!"
BYUR!!!
Ia tercebur ke dalam kolam. Tak sadar jika posisina sudah berada di tepi kolam.
Tangan Raila menggapai-gapai. Sumpah, ia tidak bisa berenang! Air mulai masuk melalui hidung dan telinganya. Seakan suara air membuat telinganya kehilangan fungsi. Hidungnya juga mulai terasa sakit.
"Raila?!" teriak Satria.
Ia segera menuju tempat Raila tercebur, dan alangkah kagetnya saat Dani tiba-tiba loncat ke kolam dan membawa Raila yang sudah basah kuyup.
Satria hendak merebut Raila dari pangkuan Dani.
"Biar aku saja!" ucap Satria.
Dani tak bicara sepatah kata pun, ia nampak marah dan menggendong Raila yang tak sadarkan lalu pergi dari tempat itu.
Salsa menangis kesal, kakinya mengentak-entak.
"Dani, tunggu!"
Begitu pula Satria yang menahan amarah dan kecemburuannya.
Dani membawa Raila yang tak sadarkan diri ke apartemennya. Ia panik dan segera menghubungi dokter pribadinya.
Ia memegang tangan Raila yang dingin, dan berbisik lirih.
"La, jangan sakit!"