MISSING-3

1307 Words
Author's POV. Wanita itu berjalan cepat dengan terengah-engah seperti kijang sedang diburu harimau. Keringat dingin telah membasahi punggungnya dan wajah wanita itu tampak panik dan ketakutan. Angin malam terbelah, kesunyian yang tercipta di jalanan yang sepi malam ini begitu mencekam. Redup sinar rembulan pun menambah betapa menakutkannya untuk berjalan sendirian. Wanita itu mempercepat langkah dengan setengah berlari menghampiri mobilnya yang terparkir di parkiran kampus. Malam telah larut dan wanita itu entah bagaimana tertidur di kelas dan terbangun saat malam sudah gelap. Untungnya dia masih bisa keluar karena ruangan kelas belum dikunci. Wanita itu mencoba menenangkan degup jantungnya saat ia berhasil berdiri di depan pintu mobilnya. Tangannya gemetaran saat berusaha mengambil kunci mobil dari tasnya. "Hei." "Aaaa…" Wanita itu jatuh terduduk, kunci mobilnya terhempas dari tangannya. Dia terlihat sangat ketakutan setengah mati. Kulit wajahnya bahkan sudah pucat pasi. "Ah, kemana kunciku?!" serunya panik. Wanita itu pun mencoba merangkak dan menggerak-gerakkan tangannya di dinginnya parkiran malam ini. "Hei," seruan itu terdengar lagi. Kali ini wanita itu seketika menoleh ke arah sumber suara. Ah, maaf," kata suara itu. “Apa aku membuatmu takut?” "Ah, ah, tidak, itu…" Wanita itu berusaha menghentikan ketakutannya. Namun, ia sedikit lega karena suara itu berasal dari seorang perempuan, bukan lelaki berperawakan mengerikan seperti yang biasa dilihatnya di film horror atau thriller. "Maaf," katanya merasa tidak enak.   Sosok yang dilihat wanita itu adalah seorang wanita dengan tampilan sederhana dan wajah cukup cantik. Sengaja, wanita itu mengarahkan pandangannya pada kaki wanita di depannya dan mengecek keberadaan bayangannya. Dia tidak ingin paranoid, tetapi setan juga menakutkan baginya. "Syukurlah, kamu manusia," gumam wanita itu dengan lega. "Tentu saja, aku manusia, tidak ada yang namanya hantu di dunia ini," sahut wanita misterius itu dengan penuh keyakinan. "Hantu itu ada," elak si wanita itu. Wanita misterius itu melengkungkan garis bibirnya sehingga membentuk sebuah senyuman kecil yang begitu menarik perhatian. "Kalau pun hantu itu ada, ada yang jauh lebih menakutkan daripada itu," sanggah wanita misterius itu. "Apa itu?" tanya wanita itu penasaran. Wanita misterius itu hanya tergelak sehingga menghasilkan sebuah rasa penasaran pada wajah wanita itu. "Hei, kamu mau pulang?" tanya wanita misterius itu. Tidak memberikan jawaban atas pertanyaan dari wanita itu. Wanita itu mengangguk. "Iya, kenapa?" tanyanya. "Boleh aku ikut?" pinta wanita misterius itu. Wanita itu terdiam, hatinya diliputi keraguan. Dia memerhatikan lagi wanita misterius itu dari ujung kaki hingga kepala. Sejujurnya, wanita misterius itu terlihat tidak berbahaya, tetapi tidak ada salahnya waspada. Apalagi, rumor banyaknya mahasiswa yang menghilang masih sangat hangat. Mereka yang hilang belum ditemukan. Pelaku atau sebab dibalik hilangnya mereka pun belum diketahui. “Hei, boleh aku ikut? Aku tidak ingin pulang sendirian,” ujar wanita misterius tersebut. “Kamu tahu tentang gosip yang beredar bukan? Boleh aku bersamamu?” Wanita itu tidak menyahut, bimbang, tetapi pada akhirnya dia mungkin setuju. "Kamu manusia bukan?" tanyanya memastikan untuk terakhir kalinya. Wanita misterius itu mengangguk. "Tentu saja, apa kamu mau menyentuhku?" tanya wanita misterius itu mencoba membuktikan bahwa dirinya adalah manusia. "Ti-tidak usah," tolak wanita itu. "Aku percaya," imbuhnya. "Ah, baiklah. Jadi boleh aku ikut?" tanya wanita misterius itu lagi. Wanita itu mengangguk. "Iya, tidak masalah." Wanita itu berbalik, ingin masuk ke dalam mobilnya, tetapi pintunya tertutup. Dia baru ingat kalau kunci mobilnya terjatuh entah di mana. "Bisakah kamu carikan kunci mobilku? Tadi terjatuh saat kamu mengejutkanku," kata wanita itu meminta tolong.. "Oke," sahut wanita misterius itu menyanggupi. Wanita misterius itu berjongkok dan memungut sesuatu di bawah kakinya. "Ini," katanya sembari mendekati wanita yang tengah membelakanginya, berusaha mencari kunci mobilnya. "Ah, makasih," kata wanita itu dengan senyum mengembang. "Sama-sama," sahut wanita misterius itu. "Baiklah, kalau begitu mari masuk!" ajak wanita itu sembari membuka pintu mobilnya. Wanita itu duduk di kursi pengemudi dan menunggu wanita misterius itu masuk. Dengan bantuan kaca di atas kursinya, dia memperbaiki letak rambutnya. Wanita itu tertegun, ingat soal wanita misterius yang meminta ikut dengannya. Wanita misterius itu belum masuk juga padahal dia tidak mengunci pintu mobilnya. Wanita itu memutuskan untuk menurunkan kaca mobilnya dan mendongakkan kepalanya keluar. Kosong. Wanita itu menautkan alisnya. "Hei, halo? Kamu di mana?" teriak wanita itu. Hening. Tidak ada suara sahutan kecuali desiran angin malam yang seketika membuat wanita itu merinding. "Mu-mungkin tidak jadi," kata wanita itu mulai merasa gugup. Wanita itu buru-buru menutup kaca mobilnya lalu melajukan mobilnya meninggalkan area kampus. Wanita itu mengerem mendadak saat melihat wanita misterius itu tengah berdiri di depan kampus. Wanita itu menghentikan mobilnya dan menurunkan kaca mobilnya saat berada di depan wanita itu. "Hei, kamu di sana rupanya," sapa wanita itu. Wanita misterius itu tersenyum. “Ah, maaf, aku lupa mengatakan kalau aku menunggumu di sini," jawab wanita misterius. "Eh, aku pikir kamu mau naik di parkiran. Kalau begitu masuklah!" suruh wanita itu. "Oke," sahutnya lalu masuk ke mobil itu, duduk di kursi penumpang. "Ah, iya, kita belum berkenalan," kata wanita itu sembari mulai melajukan mobilnya pelan. Namaku Aulia, tetapi biasa dipanggil Ririn sih. Aku jurusan Ekonomi semester 5," kata Aulia mulai memperkenalkan dirinya. "Ah, iya," sahut wanita misterius itu. "Kalau kamu? Namamu siapa?" tanya Aulia penasaran. Dia ingin membuka obrolan. "Aku? Namaku Betty jurusan hukum semester 3," jawab wanita yang mengaku bernama Betty itu. "Ah, adik tingkat rupanya," kata Aulia sambil menaik-turunkan kepalanya. "Ya, begitulah," sahut Betty dengan ssenyuman penuh arti. "Btw, jam segini kenapa masih di kampus?" tanya Aulia lagi. "Baca buku di perpustakaan, eh, ketiduran. Waktu bangun sudah jam 11 malam," jawab Betty sembari tertawa geli. “Bodoh banget kan? Mana sendirian.” "Ah, sama dong! Aku juga ketiduran di  kelas setelah kelas malam." kata Aulia senang karena menemukan teman yang senasib. "Oh, gitu," sahut Betty menanggapi dengan dingin. "Hm, btw  kok kamu pake sarung tangan? Emangnya di jurusan hukum ada prakteknya juga?" tanyaAulia penasaran karena melihat kedua tangan Betty yang mengenakan sarung tangan hitam. "Ah, aku mudah kedinginan dan keringetan, jadi pakai sarung tangan," jelas Betty. "Wah, apa kamu penyakitan? Hati-hati, kalau suka berkeringat biasanya ada masalah dengan paru-parumu," kata Aulia mengingatkan. Betty tersenyum tipis. "Makasih atas perhatiannya," kata Betty. "Ah, iya, bisa hentikan mobilnya sebentar di depan?" Aulia menautkan alisnya. "Di depan? Di sini?" tanya Aulia heran dan tidak percaya karena yang dia lihat di depan hanyalah jalanan kosong, gelap dan sunyi. "Iya, aku mau menelpon temanku. Aku akan ikut dengannya saja mulai dari persimpangan di depan," jawab Betty. "Ah, kamu belok kiri ya? Kalau rumahku lurus," kata Aulia mulai paham. Betty hanya mengangguk. Tak lama kemudian mobil berhenti, Aulia pun menoleh pada Betty. "Bet, ud…Aaaarrgghh," Aulia berteriak keras saat lehernya mulai merasakan tusukan jarum suntik. Dia melenguh pelan sebelum akhirnya kesadarannya dipaksa lenyap. Dia pun jatuh pingsan. Betty tersenyum puas. Dia mencabut jarum suntik yang dia tancapkan di leher Aulia. Setelah itu dia keluar dari mobil dan menarik keluar tubuh Aulia. Dia menggotong tubuh Aulia hingga menjauh dari mobil lalu meletakkannya di tanah. Setelah itu dia mulai berjalan menembus kegelapan dan muncul dengan sebuah mobil. Betty turun dari mobil, memapah sekali lagi tubuh Aulia untuk masuk ke mobilnya. Dia pun beralih ke mobil Aulia. Dia buka nap mobilnya dan mulai mengotak-atiknya sebentar. Tak lama kemudian mobil mulai berasap dan Betty mulai menjauh dari mobil itu. Dia pun pergi, dengan melajukan mobilnya dengan kecepatan penuh saat melihat api mulai muncul dan meledakkan mobil itu tepat beberapa menit setelah Betty pergi. Betty melirik Aulia yang tengah tertidur di kursi belakang mobilnya. Dia tersenyum puas. Tak lama kemudian dia mendapatkan telpon dari seseorang. Di layar ponselnya tertulis, Betty is calling. "Halo?" "Halo? Kamu di mana huh? Ini sudah hampir tengah malam dan kamu tidak juga datang? Aku khawatir tahu!" omel suara di seberang sana. "Ya ampun, volumenya kecilin dong! Nanti aku bisa tuli," protesnya. "Oi, kamu pulang tidak?" tanya suara di seberang sana. "Nggak, Bet. Aku ada urusan. Aku pulang ke Bandung malam ini," jawab wanita yang ternyata bukan Betty itu. "Yah, yaudah deh! Hati-hati. Kalau sudah nyampe Bandung kabarin aku, okey?" pinta Betty perhatian meskipun merasa sedikit kecewa. "Okey," sahutnya. Wanita misterius itu mengakhiri panggilan dan tersenyum saat sebuah pesan mendarat di ponsel miliknya yang lain. Mangsa Sayang, aku sudah di tempat. Apa kamu jadi datang? Wanita itu menyeringai pelan. Dia mengetikkan sebuah balasan dengan tangan kiri. I Tentu, aku akan segera tiba. Wanita itu tersenyum. lama-kelamaan terkekeh lalu terbahak keras. "Ah, ini sungguh menyenangkan. Koleksi kepalaku akan bertambah dan sudah lama sekali sejak aku merasakannya," gumamnya lirih. Daging manusia cap pelakor tentu saja lezat, bukan? Ah, aku sungguh ingin segera mengolahnya, bisiknya dengan menyeringai puas penuh dengan hasrat untuk membunuh. Wanita itu melanjutkan perjalanan sembari bersiul sepanjang jalan. Malam ini, dia sangat bahagia.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD