Bab 7. Nyaman?

1159 Words
Senja berdiri memeluk dirinya sendiri, ia menunggu tukang ojek yang telah ia pesan sebelumnya melalui aplikasi online. Udara yang begitu dingin dan menusuk membuat ia merasa mengigil. "Kenapa lama sekali?" gumam Senja yang merasa sudah cukup lama berdiri disana tapi belum ada tanda-tanda tukang ojek pesanannya datang. "Ayah kenapa bisa sakit? Maafkan aku belum bisa datang," ucap Senja merasa menyesal karena kemarin Ayahnya sudah memintanya datang, tapi ia malah sibuk dengan aktivitasnya sendiri. Tak lama kemudian ojek pesanan Senja datang membuat wanita itu cukup senang. Namun, ternyata bersamaan dengan sebuah mobil Ferarri hitam yang mendekat kearah Senja membuat wanita itu cukup terkejut. "Bukannya itu mobil Davian?" Senja hafal betul bentuk mobil serta nomor plat Davian. Dan benar saja dugaannya, mobil itu adalah mobil Davian. Pria itu membuka kaca sebelah mobilnya tanpa menoleh. "Naik," ujar Davian datar tak bernada. "Naik?" Senja kebingungan, ia menatap tukang ojek yang telah datang dan Davian bergantian. Davian hanya diam saja, wajahnya yang datar itu terlihat sekali sedang menahan dirinya. Ia baru saja berperang dengan dirinya sendiri sehingga ia berada disini. Entahlah, ia sudah berusaha tidak peduli, tapi ia justru tidak bisa. Peranannya justru campur aduk tak karuan. "Jangan membuat seolah aku suami jahat dimata keluargamu, cepatlah naik, aku akan mengantarmu," kata Davian mulai tak sabar melihat Senja hanya diam saja. "Kamu akan mengantarku?" Senja benar-benar terkejut sekali. Ia takut jika semua ini hanyalah bayangannya saja. Davian mengertakkan giginya, sumpah demi apapun rasanya ia ingin menenggelamkan dirinya ke dasar samudera. Ia melirik Senja dengan tatapan yang tajam menusuk membuat wanita itu ketakutan. "Ah iya iya, aku akan naik sekarang," kata Senja yang buru-buru mengambil uang didalam tasnya lalu memberikannya kepada tukang ojek yang tidak jadi mengantarkannya. "Maaf ya, Pak. Suami saya sudah jemput," ucap Senja sedikit meringis. Senja lalu bergegas masuk ke dalam mobil, ia benar-benar tidak melihat dengan jelas dan langsung masuk begitu saja. Akan tetapi karena model mobil Davian sedikit rendah membuat ia hampir terjatuh dan reflek tubuhnya mencari pegangan. Namun, sayangnya tangan Senja justru tak sengaja mengenai junior milik Davian membuat wanita itu melotot kaget. "Dasar bodoh!" maki Davian mengeram rendah, pria itu menarik napas panjang karena ada sesuatu yang bangun dalam dirinya. "Maaf," ucap Senja buru-buru menarik tangannya dan duduk dengan benar. Sungguh dad4nya berdegup sangat kencang mengingat apa yang baru ia pegang, ia merasa wajahnya kini pasti memerah padam. "Berhenti mengatakan maaf jika terus kamu ulangi kecerobohanmu. Entah kesialan apa yang membuatku bertemu dengan wanita bodoh sepertimu," tukas Davian begitu kesal. Senja tidak menjawab apapun, sudah terlalu terbiasa dengan ucapan Davian yang membuat hatinya seperti ditusuk-tusuk itu. Davian sendiri langsung melajukan mobilnya dengan kecepatan cukup tinggi. Ia cukup gelisah dengan sesuatu yang sempat terbangun itu. Ia juga heran, kenapa ia bisa seperti ini, ia selalu mudah bernaf*u kepada Senja meski hanya melihat wanita itu diam. "Davian, apa kamu baik-baik saja?" tanya Senja tiba-tiba. "Menurutmu?" Davian meliriknya malas, ia harus menahan dirinya agar tidak menyentuh Senja saat ini juga. "Seharusnya kamu tidak perlu mengantarku, kamu pasti lelah seharian di kantor. Aku bisa datang ke rumah Ayah sendiri," ucap Senja. "Jangan terlalu percaya diri, Senja. Aku melakukan ini hanya demi menjaga nama baikku," sergah Davian tak ingin Senja besar kepala nantinya. "Apapun alasanmu, aku sudah merepotkanmu, Davian. Kamu pasti lelah, biasanya jam segini kamu sudah istirahat di rumah," kata Senja masih saja merasa khawatir dengan suaminya. "Aku heran, kenapa kamu begitu peduli padaku? Apa kamu tidak lelah terus berpura-pura seperti ini?" Davian menyeringai sinis, bukannya senang mendapatkan perhatian Senja, ia malah merasa kesal. "Kenapa aku harus berpura-pura?" Davian menoleh, ia melihat Senja yang ternyata sejak tadi menatap dirinya. Dari sorot mata Senja, entah kenapa Davian seperti melihat tatapan yang membuat hatinya terusik, seperti seseorang yang menyimpan perasaan yang sangat dalam. "Jika tidak berpura-pura, lalu apa alasanmu melakukan ini? Tidak mungkin kamu mencintaiku, bukan?" kata Davian asal saja. "Kenapa tidak?" "Apa maksudmu?" Davian langsung menghentikan mobilnya mendengar ucapan Senja, pria itu memfokuskan tatapan matanya pada sosok Senja yang memasang wajah sendu. "Tidak punya maksud apapun, anggap saja aku tidak mengatakan apapun padamu. Ayo, ini sudah malam, kamu bisa istirahat di rumah Ayah nanti," ujar Senja tidak ingin menjelaskan. Davian menyipitkan matanya, ia semakin kesal dan tatapannya kian sinis. Ia menarik tangan Senja dengan kasar membuat wanita itu menempel padanya. "Kamu memang sangat pandai memainkan perasaan orang lain, Senja. Tapi bagus, dengan seperti ini membuatku yakin kalau kamu memang wanita yang tidak punya integritas dan rendahan!" sergah Davian yang langsung mendorong tubuh Senja cukup kuat tapi tidak terlalu kasar. Senja mengigit bibirnya seraya menatap kearah luar jendela. Batin wanita itu seperti menjerit ini mengatakan semua kebenarannya kepada Davian. "Aku memang mencintaimu, Davian. Sangat mencintaimu, tapi benteng yang telah kamu buat terlalu kokoh membuatku takut untuk menerobosnya. Biarkan saja aku menyimpan perasaan ini dan menyiksa diriku, bersamamu dan melihatmu setiap hari sudah cukup untukku, Dav. Meskipun sebenarnya aku ingin perasaan itu bisa kamu balas seperti dulu." *** Sesampainya di rumah Senja, kedua pasangan yang terlihat sangat serasi itu disambut hangat oleh Ibu Senja. Wanita paruh baya itu memeluk putrinya dengan penuh kasih dan menyambut Davian layaknya anaknya sendiri. "Ayah kenapa tidak dibawa ke rumah sakit? Keadaannya gimana sekarang?" Hal pertama yang Senja tanyakan tentu saja langsung Ayahnya semenjak kakinya menginjak pintu rumah. "Ayah kamu enggak mau, bilangnya udah enakan, tapi kemarin masih lemas," jelas Ibu Senja. "Ayahnya harusnya diinfus dan diperiksa, terkahir kali check up kapan?" tanya Senja lagi. "Ayah tidak apa-apa, Senja. Kamu jangan terlalu khawatir, menantuku kah itu yang datang?" Suara Ammar terdengar menyahut dari dalam kamar kecil yang pintunya sedikit terbuka. Senja segera melihat kearah Davian yang sejak tadi hanya diam saja. "Iya, Ayah. Aku datang bersama suamiku," sahut Senja seraya berjalan masuk ke dalam kamar Ayahnya. "Kenapa membiarkannya berdiri disana? Ibu, buatkan teh hangat untuk menantu kita," ujar Ammar lagi, meksipun suaranya terdengar lemah, tapi pria itu masih memikirkan menantunya. Ibu Senja mengiyakan dengan mengangguk pelan meski suaminya tidak melihat. "Nak Davian, duduklah dulu. Dibuat senyamannya saja, beginilah keadaan Senja," tutur Ibu Senja. "Ya." Davian menurut saja tanpa memprotes, sejak tadi masuk ke dalam rumah itu langsung menatap keseluruhan rumah sepetak kecil yang sangat sederhana. Mungkin rumah itu seluas kamarnya di rumah. Semua perabotan didalamnya pun terlihat sudah usang dan reot, benar-benar sangat sederhana sekali. Davian cukup heran ada wanita yang mau hidup sederhana seperti itu. Pandangan Davian lalu tertuju pada piagam-piagam penghargaan yang dipajang di lemari depan. Lalu ada foto-foto Senja yang cukup menarik perhatiannya. Davian pun tiba-tiba saja bangkit untuk melihat lebih dekat hal yang menarik itu. Senja Kirana JUARA 1 LOMBA SAINS SE KOTA JAKARTA Itu salah satu piagam yang terpajang disana, masih banyak sekali piagam lainnya yang membuat Davian sangat kaget. Sebuah piagam yang mungkin jarang Davian dapatkan selama sekolah. Lalu pandangan Davian teralihkan dengan foto masa kecil Senja yang dipajang dibawah foto-foto lainnya. Davian tiba-tiba mengerutkan dahinya tatkala merasa pernah melihat foto anak kecil itu, tapi dimana? "Astaga Ayah!" Davian baru saja ingin menyentuh foto itu tapi diurungkan tatkala mendengar suara teriakan Senja. "Ibu, Ayah!" Bersambung.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD