Bukan Hanya Mimpi

1091 Words

Mata Kenez mengerjap ketika matahari menyorot tajam, jendela besar dengan tirai yang terbuka lebar membuat sinar matahari bebas masuk sesuka hati. "Selamat siang, Sayang. Kamu sudah bangun ternyata. Mami khawatir kamu kenapa-kenapa." Senyum di bibir Ratih tercetak sempurna menyambut sang putri yang baru saja terbangun. Di Kedua tangannya dia membawa meja kecil berisi lengkap sarapan sehat untuk Kenez. "Bagaimana bisa?" Kenez bingung karena dia terbangun di atas kasur yang berbeda, kamar yang berbeda. "Kamu pasti lapar 'kan? Sejak kembali dari rumah sakit kamu terus tertidur, belum ada satu makanan pun masuk ke dalam perut kamu, kamu gak ingin kembali ke rumah sakit kan?" cerocos Ratih, mengabaikan pertanyaan Kenez. Tapi tiba-tiba Kenez mencengkram kuat lengan ibunya. Hingga Ratih terse

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD