Waktu berjalan, dan kehidupan perlahan menemukan ritmenya kembali. Musim silih berganti, membawa warna baru di halaman rumah kecil Nayla. Bunga-bunga yang dulu layu kini kembali bermekaran, seakan ikut merayakan perjalanan hidup yang terus bergerak maju. Kayla tumbuh semakin dewasa. Senyum polosnya menjadi sumber kekuatan terbesar bagi Nayla. Setiap kali ia melihat mata putrinya yang berbinar, ia seolah melihat bayangan Arka di dalamnya. “Bunda, nanti kalau Kayla besar, Kayla mau jadi dokter,” ujar Kayla suatu malam ketika mereka berbaring bersama di kamar. Nayla tersenyum, membelai rambut putrinya. “Kenapa dokter, Sayang?” “Biar bisa nolong orang sakit kayak Ayah dulu. Biar nggak ada lagi yang harus pergi jauh kayak Ayah.” Hati Nayla mencelos mendengar jawaban polos itu. Air mata men
Download by scanning the QR code to get countless free stories and daily updated books


