Suara bunyi alaram yang sangat keras mengganggu tidur Aida yang tengah bermimpi indah. Tangannya meraba-raba meja di sebelah tempat tidurnya. Ia mencari benda kecil yang disebut ponsel di sana. Geraman kesal terdengar dari mulut mungil Aida saat wanita itu tidak menemukan ponselnya dimana pun.
Dengan enggan ia bangun dari tidurnya, matanya masih enggan untuk terbuka sempurna. Sekali lagi ia mencari asal suara yang sedari tadi tidak berhenti berbunyi meminta untuk dimatikan. Aida membalikkan seluruh bantal di atas tempat tidurnya itu tapi juga tidak menemukan ponselnya. Dengan sentakan kesal ia keluar dari selimut nyamannya dan sebuah benda mungil terjatuh tepat di sebelah kakinya, ponselnya.
Ia mengambil ponsel itu, pasti ia lupa meletakannya kembali keatas meja. Pukul 4.30. Ia meregangkan tangannya. Kakinya melangkah keluar kamar dengan perlahan agar tidak membangunkan Ye-Jun di kamarnya.
Aida meletakan ponselnya, membuka website berbagai macam resep. Iya, seperti janjinya pada pria itu beberapa jam lalu untuk membuatkan sarapan yang berbeda dari biasanya.
Walau usia pernikahan mereka baru hitungan minggu tapi Aida tahu kalau Ye-Jun jarang atau bahkan hampir tidak pernah sarapan dengan menu berat terutama nasi. Tapi pria itu sudah biang tidak akan protes apapun yang Aida masak.
Dengan langkah ringan ia membuka kulkas besar yang ada di depannya, melihat-lihat bahan apa saja yang ada di sana. Karena tantangan ini terjadi tanpa persiapan, Aida hanya bisa masak seadanya. Untung saja kulkasnya tidak benar-benar kosong.
Ia melihat beberapa bahan yang ada di depannya, sepertinya hari ini ia hanya akan membuat sarapan simpel tapi juga makanan kesukaan Aida sejagat raya, Nasi kuning!
Kemarin pagi saat ia berkunjung ke rumah orang tuanya, mamah membuatkan nasi kuning untuk Aida, dan memberikan sedikit sisa bumbu kuning itu pada Aida kalau ia ingin makan kesukaannya lagi.
Dengan lues, Aida mengeluarkan seluruh bahan-bahannya. Tidak akan lama karena bumbu kuningnya sudah siap olah, sehingga Aida hanya perlu mencapurkannya ke beras dan di masak bersamaan.
Suara siulan terdengar sedikit menggema di dapur, suara Aida memotong daun bawang dan kocokan telur untuk dadarnya seakan menjadi sebuah lagu yang harmoni di ruangan itu.
Aida mendekati ponselnya, membuka menu mp3 dan menyetel kan sebuah lagu yang saat ini sangat di sukainya. Aida mengatur volume suara lagu itu agar tidak terlalu keras.
"Aku wong sek pernah teko neng uripmu, nanging aku durung iso
dadi pilihanmu...,"
Suara lagu itu terdengar dan dengan refleks, Aida ikut bernyanyi. Lagu itu terus terdengar sembari menemani aktifitas memasaknya.
"Pancen kabeh salahku mbuka ati nggo sliramu, sek jelas-jelas raiso nompo pengarepanku.
Yen pancen koe raiso nompo opo anane, tak milih lungo wae..ooohh...,"
Aida terkekeh geli mendengar suara nyanyian yang ia buat-buat sendiri. Jujur saja, Aida tidak terlalu mengerti arti lagunya, tapi lagu itu benar-benar earcatching di telinganya. Akhir-akhir ini ia bosan mendengarkan lagu korea dan ia benar-benar kangen dengan lagu indonesia, makanya sewaktu Aida berseluncur di youtube mencari lagu-lagu yang sedang in di indonesi, tidak sengaja ia melihat MV (Music Video) itu.
Awalnya sangat aneh terdengar di telinganya, namun begitu mendengarnya lagi sembari mencari sedikit artinya, Aida justru jadi menyukainya.
"Arep sak gedene opo aku merjuangke, tresnaku dinggo koe mung tok sepelekke.
Mungkin hanya-Astaga!! Ye-Jun! Kau mengejutkan Aida! Sejak kapan kau duduk di sana?!" tanyanya dengan sedikit kesal. Tangannya masih berada di dadanya karena rasa kagetnya tadi.
Bayangkan saja, saat Aida sedang asik bernyanyi dan akan berbalik untuk menaruh lauk-lauk yang sudah matang, ia melihat Ye-Jun sudah duduk di kursi ruang makan.
Ye-Jun mengangkat sebelah alisnya lalu berdeham untuk mengembalikan suaranya, "Sejak kau mengeluarkan suara cempreng mu menyanyikan lagu tidak jelas tadi."
Aida memutar bola matanya malas, "Itu bukan lagu tidak jelas! Itu lagu jawa pop. Lagi pula kenapa kau sudah bangun? Biasanya kau akan bangun pukul 8, dan sekarang...," Aida menatap jam dinding yang terletak di tembok sebelah kanan mereka. "Baru pukul 6." lanjutnya sambil menyilangkan tangannya di depan d**a.
"Aku haus, dan saat aku turun aku mendengar suara-suara berisik dari arah dapur. Aku pikir para bibi sudah bangun untuk menyiapkan sarapan. Tapi ternyata suara cempreng mu. Oh, dan tolong ambilkan aku minum"
Aida memanyunkan bibirnya, mengambil gelas di rak dan menuju kulkas untuk mengambil air dingin. Ia melangkahkan kakinya dengan kesal kearah Ye-Jun.
"Silahkan minumannya, Paduka Raja yang terhormat." katanya sembari menaruh gelas itu di depan suaminya.
Alis Ye-Jun lagi-lagi terangkat satu, lalu senyum jahil terbit di bibirnya "Siapa yang bilang aku ingin Air dingin?"
Aida membuka mulutnya lalu menutupnya lagi, ia menggaruk leher belakangnya yang tidak gatal, "Biasanya kan kau selalu minum dingin. Kau kan tidak terlalu suka minuman hangat kecuali saat hari benar-benar dingin atau saat kau sedang sakit saja." jelas Aida panjang lebar.
Ye-Jun mengangguk-anggukan kepalanya, meraih gelas yang ada di hadapannya dan meminum isinya sampai setengah habis.
"Heee...jadi kau sudah tahu apa yang aku suka dan tidak suka. Hmmm...."
Aida mengertukan keningnya, ia tidak suka nada mengejek dari bibir pria itu.
"Kau-"
"Aku mau mandi. Kau siapkan sarapannya. Nanti kita sarapan bersama. Ok, istriku?" katanya dengan senyum miring di bibirnya.
Belum sempat Aida membalas, pria itu sudah berlalu dari hadapannya untuk kembali ke dalam kamarnya.
Dengan kesal Aida menghentak-hentak kan kakinya kesal, "iiiiihhhh! Awas yaa! Aida bakal bikin kamu jatuh cinta sedalam-dalamnya sama Aida!"
***
Setelah semua masakannya siap, Aida menyiapakan semua hidangan di atas meja makan. Menata makanan-makanan itu dengan cantik. Begitu semua rapih, ia bergegas masuk kedalam kamarnya untuk mandi karena badannya sudah lengket karena sejak pagi buta tadi ia berkutat di dapur.
Begitu selesai mandi dan merasa segar kembali, Aida berjalan kearah lemari pakaiannya dan memilih setelan blouse renda warna dusty dan rok pinsil dengan aksen tirai di bawahnya. Ia juga memoleskan sedikit makeup di wajahnya.
Setelah dirasa semua sudah sempurna, ia berdiri di depan kaca panjang full bodynya. Mematutkan badannya ke kiri dan kanan, lalu tersenyum lebar.
Perfect!
Ia melangkahkan kakinya untuk kembali ke ruang makan yang dimana Ye-Jun sudah duduk manis di sana dengan koran di tangannya, bahkan televisi pun menyala untuk menyiarkan berita pagi.
"Pagi, handsssome." seru Aida pada suaminya
Pria itu melihat Aida lalu ia melipat koran yang sedari tadi ia baca. Ia melihat penampilan Aida dari atas hingga bawah, "Kau ingin keluar?" tanyanya setelah Aida duduk di kursinya.
Aida menjawab dengan gumaman sembari mengambil piring yang tadi sudah ia susun di sampingnya. Ia berdiri dan mendekati ricecooker kecil dan menyendokan nasi kuning itu ke piring Ye-Jun dan piringnya sendiri lalu kembali ke meja makan mereka.
Ia mengambil telur dadar yang sudah ia potong-potong panjang, kacang goreng dan sedikit taburan abon serta bawang goreng. Tidak lupa juga beberapa potong tomat dan daun kemangi menghiasi sajian itu.
Sejak Aida mengambil lauk-lauk yang ada di depannya itu, Ye-Jun sudah sedikit merasa tergoda untuk segera mencicipi makanan itu. Bau harumnya sudah membuat Ye-Jun meneteskan Air liurnya.
Aida menaruh piring itu di depan Ye-Jun, "Nah! Makan lah. Ini adalah makanan kesukaan Ai. Aida jamin kau pasti suka! Dan ada ayam goreng juga untuk pelengkap." katanya semangat.
Ye-Jun menatap piring di depannya lalu menatap Aida yang sedang menaruh sesuatu di piring nya, "Apa itu yang kau taruh di samping nasi mu?"
Aida menatap Ye-Jun, "Sambal terasi. Kau mau?" ia menyerahkan botol sambal itu di hadapan Ye-Jun. Pria itu mengambilnya lalu mencium bau sambal itu, ia mengerutkan dahinya. Belum pernah selama ini dia makan sesuatu yang terasa sedikit bau pedas namun juga memiliki aroma udang.
Ia menatap Aida, "Ini aman kan?"
"Tentu saja aman. Kalau kau ragu-ragu coba saja sedikit. Kau totol ayam dengan sambal itu." jelasnya sambil mulai melahap nasi kuning yang ada di hadapannya.
Ye-Jun mengambil ayam goreng yang tersaji di depannya, mengoyaknya sedikit lalu menotol nya pada sambal itu dan langsung memakannya. Rasa pedas langsung menerjang indra perasa Ye-Jun tapi lama kelamaan rasa pedas itu berubah menjadi rasa yang membuat ketagihan.
Ia mengambil sambal itu dengan sendok lalu menaruhnya di piring seperti yang Aida lakukan tadi. Ye-Jun menyendokan nasi kuning itu ke mulutnya, dan rasa gurih kembali menerjang lidahnya. Rasa pedas dan gurih menjadi perpaduan yang luar biasa di mulut pria itu.
Aida tersenyum lebar melihat Ye-Jun yang memakan makanan buatnya dengan lahap.
"Bagaimana? Enak kan masakan Aida?" tanyanya setelah mereka menghabiskan sarapan mereka.
Pria itu meneguk minumannya hingga habis sebelum menjawab istrinya itu, "Lumayan juga." jawabnya masih tidak mau mengakui bahwa masakan wanita di depannya ini benar-benar enak.
Aida mendengus kesal mendengar jawaban singkat Ye-Jun. Ia bangkit dari duduknya, mengambil piring kotor bekas sarapan mereka tadi lalu membawanga ke tempat mencuci piring.
Aida kembali ke ruang makan tapi tidak menemui pria itu di sana. kakinya melangkah ke arah ruang t.v dan mendapati pria itu sedang duduk di sana melihat siaran gosip pagi.
Aida heran, kenapa-kenpa berita gosip itu ada tiga kali dalam sehari. Apa orang-orang memang sehaus itu dengan gosip?
Aida mendekati Ye-Jun, tepat saat Aida berdiri di belakang pria itu. Ponsel Ye-Jun berbunyi. Ye-Jun mengambil ponsel yang ia letakan di meja di depannya itu dengan malas, "Halo?"
"Ye-Jun, apa hari ini kau dan istrimu bisa kemari?"
"Eh? Memang ada apa eomma?"
Aida duduk di kursi samping Ye-Jun sambil menatap tayangan televisi di depannya.
"Paman mu Hiro sudah kembali ke korea. Saat ini ia sedang ada di rumah. Dan ayah mu itu meminta kita untuk makan-makan bersama keluarga yang lain. Jadi-"
Ye-Jun langsung mengeluarkan wajah tegang saat ibunya itu menyebut kata 'Hiro', pamannya. Rahanya seketika menegang dan buku-buku jarinya mengepal keras. Ia sudah tidak lagi mendengar apa yang di bicarakan oleh ibunya. Sekarang ia tahu mengapa Rika tiba-tiba datang kembali ke hadapannya
Aida yang melihat perubahan raut wajah Ye-Jun mengerutkan alisnya bingung, ia mendekati pria itu lalu duduk di sampingnya. Ia menepuk pelan lengan pria itu namun efeknya sangat luar biasa pada Ye-Jun. Pria itu tersentak kaget seakan-akan Aida meletuskan balon di depan pria itu.
"Kau tidak apa-apa?" tanya aida khawatir.
Pria menatap Aida, "Dia kembali, Ai. Dia kembali...."
Aida tidak mengerti apa yang di maksud kan pria itu.
Siapa yang kembali??