Destiny 1

1532 Words
Merasa terpanggil untuk menghibur Miranda, Joana reflek memegang tangan Miranda. “Singkat atau lamanya waktu itu bukanlah masalah, yang terpenting adalah dengan siapa kita menghabiskan sisa masa waktu kita… Jika singkat, maka berilah yang terbaik namun jika dikasih kesempatan Panjang dan lama, pergunakan waktu itu dengan baik.” Miranda merasa tenang mendengar kata kata Joana, dia merasa begitu dekat dengan Joana, dia pun reflek memeluk Joana. “Terima kasih… Terima kasih,” ucapnya. “Sama sama.” “Ya sudah aku pergi dulu yah menemui kekasihku, aku akan datang lagi nanti membawanya kesini untuk mencoba roti kukus buatan kamu,”ucap Miranda berjanji. “Baiklah aku tunggu yah,” balas Joana. Miranda pun hendak berjalan keluar namun tiba tiba langkahnya terhenti dan berbalik menghadap Joana. “Ada apa? Apa ada yang tertinggal?” Joana bingung melihat Miranda yang terdiam beberapa saat. “Siapa nama kamu?” “Oh, aku kira ada apa, nama aku Joana,” jawab Joana. Miranda pun berjalan mendekat pada Joana dan memberikan cincin yang ada di tangannya untuk Joana. “Eehh apa ini?” Joana berusaha membukanya. “Jangan dibuka, aku mohon.” “Loh, tapi ini kan punya kamu….” Joana Kembali berusaha membukanya. Tapi tangan Miranda menghentikannya. “No, ini bukan cincin pertunangan atau apapun kok, aku hanya ingin memberikannya untuk kamu, aku bener bener seneng ketemu kamu dan makan roti kukus kamu, aku harap dan mohon dengan sangat, jangan pernah lepaskan cincin ini, sebagai bentuk persahabatan kita please,”Kembali pinta Miranda. “T—aapi….” “Please!”pinta Miranda “Hemmm.. baiklah,”jawab Joana. “Terima kasih yah.” Senyum merekah di wajah Miranda berhasil meluluhkan hati Joana. “Ya sudah, aku pergi yah… ingat jaga baik baik cincin itu,”seru Miranda. “Iyah, aku akan menjaganya.” Aku harap jika waktuku singkat dengan Ramon, aku ingin sekali Joana yang menggantikan posisiku~batin Miranda. Throwback off. Blenco Restoran “Astaga, aku sampe lupa,” seru Miranda membuat Ramon kaget. “Ehmm.. ada apa sayang?” Miranda pun mengeluarkan sebuah box kecil dari dalam tasnya. “Ta—daaa.” “Roti kukus?” tanya Ramon. “Iyah sayang, ini roti kukus terenak yang pernah aku makan dan karena kau tau kamu suka roti kukus jadi aku bawa buat kamu deh,”ucap Miranda. Ramon pun segera mengambil box kecil itu dan mencobanya. “Gimana sayang?” “Hemm enak, enak banget sayang,” jawab Ramon Roti kukusnya enak skali, dia beli dimana yah? aku gak pernah memakan roti kukus seenak ini, sama persis seperti buatan almarhum Mama~batin Ramon. “Kapan kapan kita makan disana yah sayang, nanti aku kenalin kamu sama temen aku yang buat roti itu,”seru Miranda. “Oke, apapun itu.. I do it for you,”ucap Ramon. Miranda segera menggenggam jemari tangan Ramon. Cincin yang aku kasih, kenapa dia gak pakai yah? Dia gak pernah lepas kan cincin itu?~pikir Ramon saat melihat tidak ada cincin pemberiannya di jari jemari Miranda. Setelah selesai makan, tiba tiba beberapa pegawai restoran datang dan membawa beberapa hadiah seperti coklat dan boneka untuk Miranda namun kejutan untuk Miranda belum selesai sampai disitu karena Ramon tiba tiba memintanya berdiri lalu Ramon berlutut di hadapannya seraya memberikan satu kotak cincin. “Sayang… apa ini?” tanya Miranda. “Babe, will you marry me?” ucapan Ramon sontak membuat semua pegawai restoran yang ada disana ramai dan bertepuk tangan. “Sayang… kamu serius?” Kembali tanya Miranda. “Yes, Baby.. Will you Marry Me?” Miranda pun menerima cincin yang Ramon berikan padanya dan memeluk sang kekasih. “Yes, I do.” Tepuk tangan semua karyawan hotel yang hadir berhasil membuat suasana semakin indah dan berkesan, Ramon pun balas memberikan kecupan di kepala Miranda. “Thank you sayang….” Dua hari berlalu setelah Miranda resmi menerima lamaran Ramon, hubungan keduanya semakin dekat. Hari ini Miranda membawa Ramon ke kedai roti kukus milik Joana. “Sayang makasih yah kamu mau ikut aku, tapi aku yakin kamu pasti gak akan menyesal deh makan roti kukus buatan teman aku,”seru Miranda dengan penuh semangat. “Iyah, sayang..” Teman?bukankah dia sangat susah membuka dirinya untuk orang lain, siapa temannya yang berhasil meluluhkan hatinya~pikir Ramon. Keduanya pun tiba di sebuah kedai kopi kecil milik Joana. Miranda terlebih dulu masuk. “Halo…” “Selamat siang ada yang bisa saya bantu?” tanya Lily. “Siang, apakah Joana ada?” tanya Miranda. “Oh, Joana lagi di belakang lagi buat roti,”jawab Lily. “Wah, aku boleh liat kah ke dapur kalian?” “please?” pinta Miranda pada Lily. Ramon merasa tidak enak dengan Lily pun berusaha menahan tunagannya.”Hem.. sayang, kita tunggu disini aja yah, biar teman kamu itu kerja di dapur,”serunya. “Sayang tapi aku mau liat sebentar, gak lama kok, kamu tunggu disini aja…” Keduanya masih asik berdiskusi, Joana tiba tiba keluar dari dapur. “Joana…..” sapa Miranda. “Ohh.. Nona Miranda?” sapa balik Joana senang bertemu Miranda lagi. Miranda segera menarik Joana, “Jo, sini… ini aku kenalkan, dia tunagan aku,”seru Miranda. Oh, jadi dia yang berhasil mendekati Miranda. “Hmm.. Ramon.” Ucap Ramon tanpa mau bersalaman dengan Joana. “Ehhmmm… s—aayaaa Joana,”balas Joana merasa canggung. “Ehm.. ya sudah, silahkan duduk, aku akan membawakan roti kukus untuk kalian.”seru Joana sambil Kembali ke dapur. Plak (Miranda memukul bahu Ramon) “Awww.. sayang, kamu kok pukul aku?” “Kamu kok jahat banget sih, kamu gak boleh gitu sayang, masa kamu gak salaman sama Joana sih,”cibir Miranda kesal. Astaga, demi gadis itu dia bahkan rela marah denganku~pikir Ramon. “Ya sudah, aku minta maaf yah…” Tidak berselang lama, Joana Kembali datang membawa serta merta beberapa piring roti kukus yang masih hangat. “Silahkan…” “Wahhh… baunya harum sekali, ini pasti enak Jo,”seru Miranda senang. “Terima kasih Nona,”Jawab Joana. Pandangan mata Ramon teralihkan ke tangan Joana saat Joana menyajikan roti kukus di hadapannya. Cincin yang gadis ini pakai mirip sekali dengan cincin yang kuberikan pada Miranda~pikir Ramon. Tiba tiba dering ponsel Miranda berbunyi.”Ehmm, Joan, saya angat telfon dulu yah,”pada Joana. “Sayang, aku keluar sebentar.” Kali ini Miranda berpamitan pada Ramon, menyisakan Ramon dan Joana saja. “Berapa lama berteman dengan tunagan saya?” tanya Ramon tanpa bas abasi terlebih dahulu. Joana sempat terkejut namun detik berikutnya dia berusaha tenang menjawabnya. “Hemm, saya baru berkenalan dengan Nona Miranda beberapa hari yang lalu Tuan saat Nona Miranda datang ke kedai saya,”jawab Joana. Jawaban Joana semakin membuat pikiran negative Ramon tentang Joana berkembang lebih jauh. Aku curiga Wanita ini hanya memanfaatkan kebaikan Miranda dan itu jelas itu cincin Miranda, bagaimana mungkin bisa ada di jarinya~pikir Ramon. “Hemm…” Ramon langsung memegang tangan Joana dengan tujuan untuk memeriksa cincin yang ada di tangan Joana namun saat yang bersamaan, Miranda yang sudah selesai menerima telepon itu pun melihatnya. Aku ingin tau Ramon apa reaksimu Ketika kamu menyadari itu cincin yang kamu berikan untuk aku~pikir Miranda. “Lohh… eehh Tuan,” Joana menyentak tangan Ramon. “Apa yang anda lakukan?” “Oh tidak.. tadi ada serangga di tanganmu tapi sekarang sudah pergi,”seloroh Ramon menjawabnya asal. Melihat tidak ada reaksi marah ataupun kecewa dalam wajah Ramon membuat Miranda bersedih. Aneh, dulu waktu temanku memakainya kamu begitu marah, karena kamu bilang ini cincin peninggalan Ibu kamu, dan hanya Wanita yang kelak akan menjadi istri kamu saja yang boleh memakainya, tapi kenapa justru kamu cuek dan biasa aja saat tau seorang Wanita asing memakai cincin itu, Sayang.. apa benar kamu takdirku?~pikir Miranda. “Permisi…” seorang customer meminta Miranda tidak menghalangi jalan masuk. “Loh, sayang.. sini! Kamu udah selesai?” panggil Ramon “Ahh.. iyah…” Miranda pun segera mendekati mejanya. “Permisi, aku harus melayani pembeli, aku tinggal yah,”seru Joana ramah. “Baik Jo…” Miranda Kembali menangkap mata Ramon sedang memperhatikan Joana berjalan menjauhi meja. “Ehmmm sayang…. Aku mau ngomong sesuatu, tapi aku harap kamu gak marah yah,”seru Miranda. “Ngomong apa?” “Ehhmm… aku, aku kemarin kasih cincin dari kamu ke Joana sayang.. sebenarnya aku becanda tapi dia…” Ramon memegang tangan Miranda. “Gak apa apa sayang… aku kasih cincin itu ke kamu jadi hak kamu kalau kamu mau pakai atau kasih orang lagi, itu hanyalah benda,”jawab Ramon. Jawaban Ramon sontak membuat hati dan pikiran Miranda tidak tenang. Bukankah itu cincin dari Ibunya, kenapa dia gak marah kalau Joana yang pakai?dan apa katanya benda?~batin Miranda. “Sudah… ayuk kita pergi, aku masih banyak kerjaan sayang,”seru Ramon. Aku harus meminta Kembali cincin itu dari Joana, aku tau cincin itu sangat penting bagi Ramon, aku harus mengambilnya kembali~batin Miranda bertekad. “Ehm.. sayang, aku masih mau disini, kamu duluan aja yah,”seru Miranda. “Ooh oke, ya sudah aku pergi dulu yah,”pamit Ramon. Ramon bergegas ingin pergi namun Miranda tiba tiba menariknya dan memeluknya dengan erat. “Ehh..” “Sayang…… aku cinta kamu, aku benar benar cinta kamu,”seru Miranda dengan lembut seolah tidak ingin berjauhan dengan Ramon.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD