Chapter 1

398 Words
Selamat membaca Jalanan tampak begitu padat oleh kendaraan yang berlalu lalang. Suara bising klakson mobil menambah keramaian di malam hari. Gemerlap cahaya malam dan deretan bangunan menjadi subjek yang memikat untuk difoto. Meskipun harus memakai teknik yang cukup sulit, tapi itu menjadi tantangan tersendiri bagi seorang fotografer untuk memotret di malam hari. Seorang wanita tengah fokus mengatur kamera untuk memotret lampu jalanan yang berjejer rapi. Saat dia bersiap untuk mengambil foto, tiba-tiba ada seseorang yang memanggil nama wanita itu. Wanita itu membalik tubuh dan mendapati seorang pria tengah menatapnya datar. "Bisa kita bicara sebentar?" Pria itu bertanya dengan nada suara yang teramat sangat dingin. Sedangkan wanita itu hanya diam tanpa ekspresi menatap pria yang ada di hadapannya sekarang dengan tatapan yang tidak bisa ditebak. Beberapa saat kemudian, mereka berdua duduk di sebuah bangku kedai terdekat. "Papa ingin kamu kembali ke rumah," ungkap Cakra tanpa basa-basi. Tangan Leylin terkepal erat menahan amarah yang bertahun-tahun ia pendam. Leylin tertawa sinis. "Setelah empat tahun ini?" tukasnya sarkas. "Tidak ada alasan yang membuat aku harus kembali. Maaf, aku tidak bisa, Kak," tolak Leylin bersiap pergi meninggalkan Cakra. "Papa sakit," ungkap Cakra menghentikan Leylin. Leylin terdiam sejenak. "Sejak aku memutuskan pergi dari rumah, aku sudah bukan lagi bagian dari keluarga Atmaja." "Kamu benar-benar memutus hubungan keluarga kita, Lin?" Cakra menatap Leylin tajam. "Bukan aku, tapi sikap kalian yang membuat aku menjadi seperti ini," tukas Leylin dingin. Ucapan Leylin seketika membuat Cakra bungkam. Cakra kehilangan kata-kata untuk menyanggah ucapan Leylin yang memang benar apa adanya. Cakra juga tidak bisa menampik kenyataan jika adiknya menjadi seperti ini karena perlakuan keluarganya yang berlaku tidak adil dengan Leylin. Ditambah lagi dengan sikap kedua orang tuanya yang sering membanding-bandingkan Leylin dengan Intan adik angkatnya yang lebih berprestasi dari pada Leylin. "Ini akan menjadi pertemuan kita untuk yang terakhir kalinya, aku harap Kakak tidak akan pernah menemui aku lagi. Dan jika kita bertemu, anggap saja kita tidak saling mengenal." Sebelum Leylin pergi, ia menatap Cakra dengan tatapan yang sulit diartikan. "Maaf sudah membuat Kakak malu karena harus memiliki adik yang bodoh seperti aku." Setelah mengatakan itu, Leylin benar-benar pergi meninggalkan Cakra. "Leylin ...." Cakra memanggil Leylin dengan nada suara yang rendah tidak seperti biasanya. Leylin berhenti tanpa berbalik ke belakang. "Tetaplah bersikap dingin seperti dulu saat Kakak tidak pernah menganggapku sebagai adik. Karena aku juga akan bersikap seperti itu sekarang," tukas Leylin datar dan melangkah menjauh dari Cakra. TBC.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD