bc

Posessive Vampire

book_age18+
23
FOLLOW
1K
READ
possessive
mystery
werewolves
vampire
office/work place
magical world
realistic earth
others
addiction
vampire's pet
like
intro-logo
Blurb

Yuna Christopher harus resign dari pekerjaannya karena kesalahannya sendiri.

Pembahasan soal Vampire dan Manusia Serigala bersama sahabatnya membuat Yuna mendapat teguran dari atasan.

Yuna tidak pernah percaya adanya Vampire dan Manusia Serigala. Setelah insiden pengunduran diri dari pekerjaan,

Yuna juga harus kehilangan Aston (kekasihnya) karena restu orang tua.

Christopher adalah pria yang tidak sengaja bertemu dengan Yuna. Saat itu hidupnya mulai berubah dan menjadikan Yuna sebagai sumber kebahagiaannya.

Christopher tidak rela membagi Yuna dengan siapapun. Tapi, Christopher tidak tahu bahwa Yuna adalah gadis incaran keluarganya selama ini.

"Aku rindu."

"Rindu? Apa maksudmu? Kau ... Kita bahkan baru bertemu secara tidak sengaja kemarin."

"Aku mencintaimu, Yuna."

"Ha?"

"Kau harus menjadi kekasihku."

"What?! Aku tidak---"

"Sayangnya, aku tidak suka dengan penolakan."

chap-preview
Free preview
STRANGER
Apakah aku terlalu kejam jika tidak pernah mempercayai yang namanya manusia vampire atau manusia serigala hanya karena kurasa mereka hanyalah karangan seseorang saja? Tetapi, tidak dengan para sahabatku. Mereka terus saja beranggapan bahwa Vampire dan Manusia serigala itu nyata. Seolah-olah mereka pernah melihatnya secara langsung padahal mereka hanya melihatnya melalui Film Twilight. "Hei, ayolah kenapa kau tidak percaya? Mereka itu nyata!" kukuh Teresha sambil memegang salah satu poster pemain pria salah satu film Vampire. "Ya, artis-artis itu nyata, tapi tidak dengan Vampire nya. Hanya karena mereka digambarkan tampan di film tersebut sehingga kau kukuh bahwa mereka ada? Cih, aneh sekali." "Tidak. Abaikan soal poster ini." Teresha melempar poster itu ke sofa. "Kau harus mempercayainya." "Itu pemaksaan," sahutku sembari memasukan cemilan ke dalam mulut. "Dan kalian juga tidak akan rugi kalau aku tidak percaya. Mengapa kalian harus memaksa? Atau jangan-jangan kalian sedang membuat proyek tentang Vampire dan Manusia serigala? Dan aku adalah salah satu target konsumen kalian nanti?" Monday salah satu sahabatku dengan perawakan tinggi. Memiliki bulu mata lentik dan rambut panjang yang berwarna hitam legam mengambil suara pada akhirnya. "Kami tidak memaksa. Hanya saja pemikiranmu itu terlalu sempit. Mereka benar-benar ada. Mereka punya kekuasaan di dunia ini, mereka kaya dan mereka abadi." "Oh Teresha, Monday! Jadi, orang yang tidak percaya dengan Vampire dan Manusia serigala itu tidak punya pemikiran yang luas? Kalian lah yang sempit otaknya!" Memangnya jaman apa sekarang? Aku hidup di jaman ponsel adalah alat paling canggih dan ya transportasi cepat di mana-mana lalu alat-alat modern yang memudahkan aktivitas manusia. Tidak lagi percaya pada Vampire atau Manusia serigala. Katakanlah aku mempercayainya. Lalu, di mana mereka sekarang? Aku akan mempercayai mereka ada jika mereka bisa mengubah bosku menjadi bangsa mereka dengan gigitan. Kalau saja aku bisa melenyapkan bos di depanku sekarang dengan satu gigitan di leher seperti para Vampire. Aku cukup tahu bagaimana Vampire bekerja membunuh orang lain. Itu karena Teresha terus menceritakannya. Aku cukup heran Teresha dan Monday bekerja di salah satu perusahaan berita. Tetapi, mereka percaya akan hal itu? Aku jadi ragu dengan semua berita yang mereka sampaikan. Omong-omong, Teresha adalah seorang reporter dan Monday seorang jurnalis sementara aku harus berpisah dari mereka. Aku seorang yang bekerja di pabrik keripik kentang sebagai staf pemasaran. Dan, sore ini aku sedang menghadapnya. Bosku yang pelit dan otoriter ini senang sekali memanggilku ke ruangannya. Kalau saja bertemu dengannya seperti bertemu dengan Zayn Malik, aku tidak akan muak. "Maaf itu memang salahku, Bos. Aku tidak fokus saat membawa berkas tersebut. Sepertinya, anda harus mempertimbangkan lagi soal berkas yang dikumpul secara langsung dalam bentuk fisik." Ya, dia tidak pernah memanggilku ke ruangannya secara eksklusif kalau bukan untuk dimarahi. Aku sudah hapal. "Apa kau sedang menyalahkanku?" tukas pria tambun dengan rambut yang mulai habis di bagian depan. Dia duduk sambil bersandar sementara aku berdiri di depan mejanya. Aku segera menggeleng agar dia puas walau sebenarnya, aku cukup menyalahkan pria berusia 50 tahun itu. Pria yang selalu mengomentari kinerja karyawannya. "Aku hanya berusaha memberikan saran untuk Anda. Jaman sudah berubah, dan mengirim berkas dalam bentuk dokumen digital melalui email itu lebih efisien. Selain menghemat waktu Anda juga bisa menghemat kertas." Aku bekerja di bagian pemasaran. Lalu, bosku dengan akalnya menyuruhku mengumpulkan hasil desain iklan dalam bentuk berkas fisik. Kecuali, berkas dalam bentuk vidio. Dia pun tidak pernah membiarkanku mengirim File melalui email. Selalu menggunakan flashdisk. "Ah sudahlah jangan mengalihkan pembicaraan. Apa yang kau lakukan sudah membuat perusahaan hampir rugi dan kerja sama dengan klien hampir batal!" "Maaf Bos. Tetapi beruntungnya Anda tetap mendapatkan kerja sama itu. Jadi, kurasa ini tidak perlu kita bahas lagi. Aku berjanji tidak akan kehilangan fokusku lagi." "Andai kata maaf mu itu berharga milyaran dollar." Ini semua karena Teresha dan Monday yang membuatku bergadang untuk berdebat soal Vampire dan Manusia serigala. Berkas yang aku bawa pun bukan berkas yang seharusnya. Alhasil, saat pertemuan dengan klien aku mengacaukannya. "Aku akan mengurangi gajimu bulan ini sebanyak 10 persen," katanya dengan mudah. "Aku sudah kehilangan 10 persen tiga hari lalu! Apakah aku tetap akan mendapatkan pengurangan lagi? Lalu apa yang akan aku dapatkan nanti, Bos?" "Maka berhentilah membuat kesalahan." "Aku sudah mengucapkan permintaan maaf, bahkan aku harus kembali untuk mengambil berkas itu. Toh, pertemuan dengan klien berjalan lancar. Tetapi Anda masih saja memarahiku." "Kau tidak terima disalahkan?" "Aku mengaku salah, tetapi bisakah kesalahanku Anda maklumi saja? Setiap kesalahan Anda memangkas gajiku seolah itu akan tumbuh dengan cepat." "Oh wow nyonya Yuna Christopher Anda sangat berani membantah sekarang." "Apakah aku harus tutup mulut terus? Anda memang bos, tetapi aku tidak bisa diperlakukan seperti ini." "Lalu, kau ingin diperlakukan seperti apa?" Dia menyeringai meledekku. Aku mengepalkan tangan. Kesabaranku sudah habis. "Baik, kalau begitu aku memutuskan berhenti!" "Dan saya tidak akan memberikan tunjangan apapun." "Mengapa begitu?!" "Bukankah sudah tertera di dalam kontrak? Anda sendiri yang meminta berhenti. Jadi, silakan pergi dari kantor saya." Aku mengepalkan tanganku kuat-kuat. 3 tahun sudah aku menahan kesabaranku. Setiap bulan aku tidak pernah mendapatkan gaji secara utuh. Entah karena aku memakai pakaian yang tidak ia sukai, atau karena aku salah memberikan berkas. Tidak menyapanya karena jarak kami saat itu 30 meter dan sebagainya. Dia selalu punya alasan untuk memotong gajiku. "Akan kupastikan perusahaan makanan ringan ini akan segera bangkrut! Memangnya siapa yang masih memakan kripik kentang murahan dari merekmu? Mereka pasti tidak punya pilihan lain." "Kau---" Matanya berkilat tajam. "Bersiap-siaplah bangkrut!" Dan aku pergi dari sana dengan perasaan berapi-api. ... Kehilangan pekerjaan adalah hal yang menyedihkan karena akan sulit untuk menemukannya lagi. Meski selama ini aku selalu mengomel karena atasan ku itu, tetapi aku bersyukur dengan pekerjaanku. Aku sudah mendedikasikan usia 23 sampai 26 tahun untuk bekerja di perusahaan makanan ringan itu. Tetapi, harus berakhir tragis. Aku tidak menyesalinya, aku masih marah pada pria tambun itu. Sayangnya, aku harus menghemat uang mulai saat ini. Aku cukup punya banyak uang di tabungan, tetapi aku tidak tahu sampai kapan akan menganggur. Aku pulang dengan berjalan kaki. Taxi sangat mahal dan aku anti menggunakan bus karena masalah keamanannya. Aston bisa saja menjemputku, tapi aku tidak mau merepotkannya. Dia juga akan sedih saat tahu aku mengundurkan diri dari pekerjaan. Malam hari, suasana kota masih ramai dan banyak orang masih berada di luar rumah. Aku terus melangkah sembari menghela napas. Hariku benar-benar sial. Aku mengutuk dua sahabatku itu dan juga semua tentang Vampire dan Manusia serigala. DUG! "Aww!" pekikku saat tak sengaja menabrak pundak seseorang. Rasanya seperti menabrak tembok. Sakit sekali. "Maaf, aku tidak sengaja," kataku memasang wajah bersalah dengan kepala sedikit mendongak. Kalau saja aku tidak melamun aku tidak akan menabrak pria berbadan tinggi dengan wajah pucat dan rambut bewarna agak silver. Unik dan tampan adalah dua kata yang akan kuberikan padanya. Ya, faktanya dia lebih tampan daripada Aston---kekasihku. "Maafkan aku," kataku sekali lagi karena dia masih bergeming sembari memperhatikanku tanpa ekspresi. Bibir merah semerah delima itu bahkan tidak mau bergerak walau hanya mengeluarkan satu kata. "Bukan salahmu." Suaranya terdengar bas dan saat mendengarnya aku langsung kecanduan untuk mendengarnya lagi. "Oh, terima kasih." Aku memutuskan pergi melewatinya karena dia hanya orang asing. Aku tidak ingin membuat masalah lagi. "Siapa namamu?" Pria tadi berteriak. Aku berbalik dan ternyata dia sudah berbalik menghadap ku. Aku menunjuk diriku sendiri untuk memastikan. Dia mengangguk sambil memasukan kedua tangannya ke saku jaket kulit. "Aku Yuna Christopher." Aku hanya menampilkan senyuman meski sebenarnya aku bingung mengapa dia bertanya soal nama. "Aku Christopher." Eh? Aku tidak bertanya balik atau bahkan penasaran. Tapi, namanya unik. "Nama kita sama. Kebetulan yang menarik." Aku tersenyum, kemudian. "Kau tinggal di mana?" "Aku tinggal di sekitar sini." Tentu saja benar, walau agak jauh sebenarnya. Dan seharusnya lebih cepat menggunakan kendaraan daripada harus berjalan. Tapi aku tidak punya uang banyak dan di Amerika semuanya mahal. "Ayo, aku akan mengantarmu." Pria itu melangkah hingga sejajar denganku. Aku tentu saja melotot tidak percaya sekaligus tidak paham dan rasa takut seketika menghantuiku. Bagaimana jika dia orang jahat atau pria penuh modus? "Aku tidak akan macam-macam," katanya dengan wajah yang selalu datar. "Aku bukan orang jahat." Seolah tahu apa yang kupikirkan. Siapapun dia, bahkan jika orang itu penjahat. Mereka tidak akan mengatakan bahwa mereka jahat. Penjahat mana yang akan mengakuinya? "Terima kasih, tetapi aku akan pulang sendiri. Kau tidak perlu mengantarkanku. Aku tidak bisa pulang dengan orang asing." "Sekarang sudah malam. Kota ini cukup buruk untuk soal keamanan." "Tidak juga." "Jangan menolak ku." Eh? Tiba-tiba, pria bernama Christopher itu menggaet tanganku. Aku merasakan telapak tangannya cukup dingin padahal sekarang sedang tidak sedingin biasanya. ... "Terima kasih sudah mengantarku. Seharusnya kau tidak perlu melakukannya." Kami sudah sampai di depan bangunan di mana aku tinggal. Kupikir, Christopher hanya akan mengantarku di separuh jalan. Dia benar-benar melakukan seperti apa yang diucapkannya. Christopher sama sekali tidak membuat ekspresi lain selain ekspresi datar. Aku tidak tahu dia jenis manusia seperti apa. Kalau aku berpikir dia cuek, seharusnya tidak peduli pada keamananku kan? "Aku juga tinggal di sekitar sini." "Benarkah, apa kau orang pindahan?" Sudah 4 tahun lamanya aku tinggal di area ini. Sebelumnya, aku tinggal bersama orang tuaku di lain kota. Tetapi, aku ingin mandiri setelah lulus kuliah. Dan selama 4 tahun, aku tidak pernah melihatnya. "Tidak. Kau tidak pernah melihatku." "Wah, sepertinya begitu." Kami terdiam. Aku tidak tahu harus melakukan apa. Seharusnya dia pamit, tetapi dia mungkin menungguku masuk. "Kalau begitu aku masuk dulu. Terima kasih sudah mengantarkanku." Tiba-tiba, seseorang datang dan langsung merangkul pundakku. "Siapa dia?" tukas Aston dengan tatapan sengit pada Christopher. "Mengapa kau pulang dengan seorang pria?" "Dia Christopher dan Christopher, ini Aston kekasihku." Aku harus segera mengenalkan mereka agar tidak salah paham. Meski Aston bukan pria yang mudah cemburu, tetapi dia tak bisa disaingi. "Tidak cukup tampan." Christopher menyeringai adalah ekspresi lain yang bisa dilakukannya. "Hei! Apa katamu?!" Pria itu bergeming saat Aston sudah pasang badan dan aku segera menarik tangannya agar mundur. Situasinya mulai memanas. Aku juga tidak tahu mengapa Christopher terlalu jujur pada apa yang dilihat dan dirasakan olehnya. "Kau harus berterima kasih padanya," kataku pada Aston. "Jangan marah." "Setelah dia menghina wajahku?!" Aston menatapku tidak terima. "Apa dia pikir lebih tanpan dariku? Aku lebih baik darinya, Yuna!" Aku menghela napas. Aston tidak bisa disaingi. "Bukan. Maksudku, dia sudah mengantarku pulang. Aku berjalan kaki dan aku bertemu dengannya secara tidak sengaja. Tidak ada yang lebih baik di antara kalian. Kalian tampan dengan khas masing-masing." "Sejak kapan kau percaya pada orang asing?!" tukas Aston lagi. "Jangan mudah percaya pada orang asing. Dia pasti hanya ingin memanfaatkanmu." "Terima kasih untuk pujiannya. Tapi, bisakah kau tidak memarahinya?" "Apakah aku menyuruhmu ikut campur?" "Jangan membentaknya. Jika dia berharga, sayangi dia." "Jangan bicara! Aku tidak butuh nasihatmu. Pergilah!" "Aston! Tidak begitu caranya! Christopher, maafkan Aston. Dia memang agak keras. Sekali lagi terima kasih. Agar kondisinya tidak semakin memburuk. Bisakah kau meninggalkan kami?" Christopher tidak mengatakan apapun selain memasukan kedua tangannya di saku jaket dan berbalik lalu pergi. "Aku perlu bicara." Aston menarik ku, memasuki apartemen berlantai empat dengan dinding batu-bata itu. ... "Kita sudahi semuanya." "Apa maksudmu?" Aku yang berdiri sembari membawa dua cangkir berisi teh itu lantas duduk di sofa di sebelahnya. "Kita harus putus." "Apa karena pria tadi?" tanyaku tidak mengerti mengapa dia tiba-tiba mengatakan kalimat itu. "Bukan. Aku tidak peduli dengan pria itu. Dia tidak lebih baik dariku. Dia hanya menang tinggi." "Kita baik-baik saja selain karena orang tuamu tidak menyukaiku. Tapi, kau bilang padaku aku tidak perlu memikirkannya, kan?" "Ya, awalnya demikian. Tetapi, aku tidak bisa terus-terusan menyakiti hati orang tuaku. Aku juga tidak bisa terus-terusan membantah perkataan mereka. Aku terlihat seperti anak yang tidak baik." Hatiku sakit. Mengapa Aston mengatakan ini setelah kami bersama selama bertahun-tahun? Aku tidak tertarik lagi dengan teh yang kubuat. "Aku sudah menduga kau akan kalah dengan mereka." Aku hanya tersenyum getir. Aston terdiam. Dia banyak menunduk dan mengalihkan tatapannya saat aku menatapnya balik. Dulu, dia selalu menyakinkanku untuk bertahan apapun rintangannya. Saat orang tuanya tidak menyukaiku tanpa alasan aku mencoba bertahan sekuat mungkin. "Maafkan aku." "Tidak. Jangan meminta maaf. Itu bukan salahmu karena orang tuamulah yang tidak menyukaiku. Jadi, 5 tahun yang kita jalani harus berakhir?" "Kita masih bisa menjadi teman." "Kalau saja kau mengatakan itu sejak awal. Kita tidak perlu berjalan terlalu jauh. Aku bisa mencari pria yang keluarganya bisa menerimaku dan kau bisa bersama dengan perempuan yang orang tuamu sukai." "Itu terdengar seperti kau menyesalinya. Apakah kau menyesal menjalin hubungan denganku?" "Apakah aku harus baik-baik saja? Kita membuang banyak waktu. Perasaan kita menjadi tidak berguna selama lima tahun ini dan rasanya kau seperti tidak mencintaiku karena kau memutuskannya dengan tiba-tiba." Aston mengubah duduknya menghadapku. "Perlukah aku membawamu pergi? Perlukah aku menentang orang tuaku untuk membuktikan aku mencintaimu?" "Tidak. Orang tuamu akan semakin menganggapku buruk. Aku... hanya akan mencoba menerima keputusanmu ini. Toh, sejauh apa kita melangkah mereka tetap tidak akan setuju. Kita punya status sosial yang berbeda. Tidak ada hal yang membuat kita cocok." Aston meraih tanganku. "Maafkan aku. Aku tidak seharusnya melukaimu." "Tidak apa-apa. Dalam sebuah hubungan dan cinta. Luka adalah sesuatu yang sudah biasa. Jadi, aku tidak terkejut. Rasanya seperti saat orang tuaku berpisah, tetapi tenang tidak se menyakitkan itu." Aston meraih ku dalam pelukannya. Kami terisak bersama-sama. Aku tahu dia mencintaiku dan kami saling mencintai. Tapi, aku juga tahu Aston juga mencintai orang tuanya lebih dariku. Kalau kalian sepertinya, apakah kalian akan egois? Memilih kekasihmu daripada orang tuamu? ... Dalam sekejap aku hancur. Aku kehilangan pekerjaan dan juga kekasihku. Aku merasa bahwa hidup tidak menarik lagi. Teresha dan Monday datang saat hari weekend ke unit apartemenku. Sebenarnya, apartemen kami satu bangunan. Tetapi teresha berada di lantai 4, Monday di lantai 2 dan aku di lantai 3. "Tenang saja. Aku bisa membantumu." "Apa kau bisa mencarikan pekerjaan untuknya?" "Oh tentu tidak! Aku akan meminjamkan uangku. Berapa yang kau butuhkan, Yuna?" Monday mengeluarkan dompetnya. "Itu bukan solusi! Yuna masih punya uang. Dia butuh cinta dan pekerjaan sesuatu yang hilang dari hidupnya." "Tidak. Aku butuh kalian berhenti membahas soal Vampire dan Manusia serigala lagi. Itu yang membuatku kehilangan pekerjaan." "Ayolah, itu hanya Vampire dan Manusia serigala." Teresha merangkul pundakku.kepalamu "Bagaimana jika kita piknik? Pantai sepertinya tempat yang bagus. Kau harus mendinginkan kepalamu." "Ok! Aku akan membeli makanan dan juga hal-hal yang akan kita butuhkan." "Aku tidak tertarik. Aku merindukan Aston. Aku ingin bertemu dengannya." Padahal baru sehari, tetapi aku sudah merindukan pria itu. "Ayolah, dia sudah memutuskan hubungan kalian." "Apa aku harus menyewa seseorang untuk menculiknya? Atau mengirimkan pesan padanya? Oh atau aku harus menyewa penyihir untuk menyihir orang tua Aston agar menyukaimu?" "Itu ide bagus Monday! Dimana kita bisa menemukan penyihir?" "Kalian .... bisakah berhenti semakin membuatku pusing? Berhentilah dengan khayalan kalian. Di sini tudak ada Vampire, Manusia serigala atau bahkan penyihir." "Bagaimana kalau kita bisa membuktikan? Apa yang akan kau lakukan?" Teresha berdiri di hadapanku sembari melipat tangan. "Aku akan memakai bikini sembari berjoget di depan kamera," kataku dengan malas. "Benarkah? Wah, itu pasti seru! Teresha, ayo segera cari mereka. Aku yakin mereka ada di sekitar kita. Sama seperti atom, sesuatu yang tidak terlihat tetapi mereka ada." "AAAARRGGHH! BISAKAH KALIAN BERHENTI!" teriakku frustasi. Mereka mematung sebentar kemudian tertawa terbahak-bahak. "Kekekekeke! Ini menyenangkan! Mengganggumu adalah hal yang menyenangkan!" Monday memegangi perutnya. "Pergilah jika tidak bisa menghiburku!" usir ku pada mereka berdua. Tapi mereka tetap tertawa. Tok! Tok! Tok! "Aston!" "Mengapa kau percaya diri kalau itu Aston? Biar aku saja yang buka." Teresha sudah akan pergi ke arah pintu tetapi aku menahannya. "Biar aku saja!" Aku segera berlari menuju pintu. "Chris... topher?" "Hai Yuna ... Aku rindu." "Eh?"

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

AKU TAHU INI CINTA!

read
8.9K
bc

Romantic Ghost

read
162.3K
bc

Time Travel Wedding

read
5.3K
bc

Possesive Ghost (INDONESIA)

read
121.2K
bc

The Alpha's Mate 21+

read
146.3K
bc

Putri Zhou, Permaisuri Ajaib.

read
3.3K
bc

Legenda Kaisar Naga

read
90.4K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook