Di pesantren... Dini terbangun dengan mata sembab. Bukan hanya karena tangisan semalam yang belum selesai, tapi juga karena alarm pengurus pondok yang berdering sejak pukul tiga dini hari. Suara adzan subuh pun menggema dari masjid pesantren, menggetarkan udara dingin pagi itu. Dengan langkah malas, Dini bangkit dari tempat tidur kecilnya di salah satu kamar santri dewasa. Ia memakai mukena, lalu ikut berjamaah bersama para santri dan Ummi Maimunah di musholla. Usai doa dan dzikir, Dini mengira ia bisa kembali tidur, tapi ternyata tidak. “Dini, ayo ke dapur. Hari ini jadwal kita masak buat sarapan kajian,” seru Ummi Maimunah sambil menggulung sajadahnya. “Masak?” Dini menelan ludah. “Buat... berapa orang, Ummi?” “Sekitar seratus lima puluh,” jawab Ummi santai. Dini nyaris tersedak ud