Suasana rumah mereka hari itu dipenuhi aroma kayu manis dan vanila. Norika sedang duduk di ruang tengah, mengenakan daster katun longgar dengan rambut dikuncir seadanya. Di tangannya, buku kecil penuh catatan—buku yang berisi daftar belanja bayi, perkiraan waktu kontraksi, dan nama-nama cadangan yang belum ia bahas dengan Gyan. Perutnya kini makin besar. Saat ia meletakkan buku itu di samping, ia menyentuh bagian bawah perutnya dengan dua tangan, mengelus perlahan sambil menarik napas. “Semakin dekat ya, Nak…” bisiknya pelan. “Mama takut sekaligus senang.” Gyan masuk dari pintu belakang, menggandeng Aster yang membawa seikat kecil bunga kering dari halaman. Keduanya berkeringat, tapi wajah mereka cerah. “Aster mau hias kamar adiknya pakai ini!” seru gadis kecil itu sambil menunjuk bung

